Blog Archive

Popular Posts

technology-services>

megasahabat.COM

SahabatQQ Agen DominoQQ dan Poker Online Aman dan Terpercaya.

Untitled-1

megasahabat.COM

SahabatQQ Agen DominoQQ dan Poker Online Aman dan Terpercaya.

NEW10>

megasahabat.COM

SahabatQQ Agen DominoQQ dan Poker Online Aman dan Terpercaya.

Untitled-3

megasahabat.COM

SahabatQQ Agen DominoQQ dan Poker Online Aman dan Terpercaya.

3

megasahabat.COM

SahabatQQ Agen DominoQQ dan Poker Online Aman dan Terpercaya.

Saturday, June 29, 2019

Diriku Saat Berseragam Putih Abu Abu

Sahabatqq -  Panggil saja aku Renald, ABG ganteng dan bahkan sebagian teman-temanku mengatakan kalau
aku pantas jadi artis. Gimana tidak, aku tinggi, wajahku ganteng, tubuhku juga atletik,
hingga banyak cewek-cewek disekolahku naksir sama aku, namun aku hanya menanggapinya biasa
saja karena aku belum ada cocok. Hingga akhirnya orang tuaku pindah kota dan aku harus
ikut pindah sekolah juga dan aku belum mempunyai kenangan disekolahku yang lama, sungguh
malang banget nasibku ini.
Diriku Saat Berseragam Putih Abu Abu

Setelah aku pindah disekolahkuyang baru, dengan bermodalkan wajahku yang ganteng tak sulit
aku mencari teman disana hingga aku mendapatkan teman dekat yang bernama Farida. Ceritanya
berawal dari sini, Hari pertama aku masuk kelas 3 aku di kenalin di salah satu kelas kalu
nggak salah 3 IPA aku orang pinter wajar masuk IPA hauahahhauah!!
Aku di kenalin sama guru aku n kepsek di kelas udah gitu aku di suruh duduk di samping
cewe yang langsung aku kenal namanya Farida tingginya sebahunya aku badannya sintel banget
payudaranya yang selalu buat aku ndisir melulu klo deket dia aku sempet tuker-tukeran no.
hp sama dia setelah aku tau dia kaya’ gimana aku coba aja jadian sama dia.
Aku jalan sama dia masih sampai sekarang dia klo deket aku rada” binal Napsuan bersyukur
banget aku dapet cewek macem gitu waktu itu pelajaran biologi, kebetulan gurunya nggak
masuk aku sama Farida ngobrol aja dipojok kelas.
Maklum tempat duduk aku sama dia di taro di pojok sama walas pertama aku sich nggak berani
ngapangapain dia di kelas tapi klo udah masuk ke mobil aku abis tuch cewe waktu itu aku
liat temen aku lagi cipokan di depan kelas balakng meja guru tiba” aja cewe aku ngomong
gini.

“tuch rido aja berani masa’ kamu kalah sama dia??”
“ha? aku kalah

belum sempet selesai bibir aku di lahap sama Farida di bales aja dengan ciuman n sedotan
yang bikin dia ampun-ampunan sama aku. Farida sempet ngasih lidahnya ke aku. tapi aku
lepas ciumannya.
“kenapa??” aku bilang aja begini
“aku nggak mau maen lidah di kelas takut kelewatan”
“ya udah maen biasa aja”
Aku lanjutin ciuman aku di bawah bangku meja aku aku dorong ke depan supaya lebih luas aku
ngelakuin ciuman demi ciuman
“ahhhhhh ahhhh ndree”
Kata-kata itu selalu keluar dari mulutnya. Setelah aku puas ciumin tuch bibir, aku turun
ke bawah ke lehernya dia yang makin membuat dia kewalahan.
Dan tangan aku ngeremes” payudara dia yang ukurannya aku taksir 35 tau A B C D cuz setiap
aku tanya dia g pernah mau jawab aku remes tuch dadanya sampe dia kelojotan setelah aku
nandain tanda merah di lehernya dia ngeremes remes kontol aku yang membuat ni penis kagak
kuat lagi buat nahan di dalam kancut maupun masih make baju seragam.

Aku ngelakuin di dalam kelas aku tetep nggak gentar aku bukan resleting seragam aku n aku
keluarin tuch siADEK dan si Farida udah siap dengan mulutnya yang menganga aku sempet
nutupin dia pake jaket aku sehingga misalnya temen aku nanya aku bilang aja lagi sakit.
Jilatan demi jilatan dia beri untuk aku. isapan dia bikin aku nggak kuat lagi buat nahan
keluarnya mani aku. lidahnya bergoyang” di penisku dan.
“akhhhhhhh crotttttt croooootttt crotttttttttttt” keluar mani aku. Farida membersihkannya
dengan mulutnya dan di kocok” trus di Penisku.

Selesai itu aku bersiin mulutnya dia pake tissue yang ada di kantongnya aku sama Farida
kembali berciuman freenc kiss,,, lidahnya dia ber gelugit” di dalam mulut aku.

Jam 12.00 aku balik sekolah sebelum aku gas mobil aku ke rumah aku di bilangan bekasi
nggak jauh dari rumahnya Farida aku bermain dadanya Farida dolo di mobil aku aku buka
kancing seragam pelan-pelan.

Di bantu Farida dengan napsu yang ganas Farida ngerti maksud aku and dia nge buka tali
BHNya dan 2 buah gunung merapi yang bakal mengeluarkan volcano gara isapan aku muncul di
depan aku. dengan napsu di ujung rambut aku isap puting susunya tangan kiri aku megangin
kepala belakang dia san tangan kanan aku ngeremes” dada yang satu lagi.

“ahhhhh. Renald pelan” donkkk Farida udah nggak bisa nahannnnn lagiiiii nehhhhhhhh”.
Puting Farida yang berwarna merah ke merah” mudaan tertelan abis oleh mulut aku and tiba”
aja tubuhhhhh Farida mejelijang seperti cacing kepanasan aku sedot trus dada Farida sampai
puting itu terasa keras banget di mulut aku Farida cuma diam dan terkulai lemas di mobil
aku aku liat parkiran mobil di sekolahan aku udah sepi Farida mengancingi baju seragamnya
satu aku bantu supaya cepet.

Selama perjalanan pulang Farida tetap lemas dan memejamkan matanya aku kecup keningnya
sesampai di rumah aku, Farida bangun dan dia pengen ke kamar kecil aku suruh dy ganti
seragam dengan baju kaos yang dia bawa dari rumah sebelum berangkat kesekolah selesai dari
kamar mandi aku liat Farida nyopot BHnya terlihat jelas putingnya dan bongkahan susu
sebesar melon itu.
Belum sempat masukin baju ke tasnya dia dia aku dorong aku tempat tidur dan aku lahap
bibirnya dan dia membalas nya dengan penuh hot panas bercampur dengan napsu aku yang cuma
make bokser doank ke walahan tangan dy bermain” di selangakangan aku.

Aku bermain di leher dia dan aku buat cap merah lagi di lehernya aku sibak SMA negeri yang
hanya sampai lutut itu dy cuma make celana dalam G string dengan perlahan” dia nurunin
roknya dan dy hanya menggunakan celana dalamnya aku copot dan aku jilatin vaginanya.

”ahhhhhhhhhhhhhhhhhh. . Ndree.ahhh hhhhhhh” cuma kata” itu yang keluar daru mulutnya. aku
rasain vagina Farida semakin keras dan aku gigit kelentitnya dia terik semakin kencang
untung di rumah cuma da pembantu aku. “Ndree puasin akuwww dunkkkkkkk.” nggak pake cing
cong aku jilat n aku sodok” tuch vagina pake telunjuk aku
“Ndree aku keluarrrrrrrrrrrrrrrr.” vagina Farida basah ketika di depan mata aku.

Di sedot sampai bersih tuch vagina udah gitu aku liat dia memegang bantal dengan keras.
aku deketin dia dan aku cium bibir dia. ternyata dia blum lemas.

Dia bangkit dan memegang kontol aku dan di kocokinnya sampe si ADEK mengacung sangat
keras. kontol aku di masukin ke mulutnya Farida di masukan di keuarkan sampai” di
sedotuhhhhhhhhh.

Nikmat banget yang sekarang dari pada yang di kelas tadi biji zakar aku juga nggak lupa
ikut ke sedot. pass biji aku di sedot rasanya aku pengen FLY kocokin Farida semakin panas
dan hisapannya semakin nggak manusiawi lagi wajahnya tambah maniss kalo dia sambil horny
begini.

Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh. crottttttttttttttttttttttttttt tt many aku tumpah semua ke
lantai kamar aku yang sisanya di jilatin Farida sampai bersuh aku bangkit dan menarik
tangan Farida aku ciumin dadanya aku kenyot”lagi putingnya sampai merah. aku cupang di
sebelah putingnya manis banget susunya membuat aku semakin napsu sama dia.
“Faridaku sayang masukinnn sekarang yach??”
“Ya udahhhh cepetannn aku dari tadi Nungggu kamu.”
Aku bertukar posisi Farida di bawah dan aku di atas sebelum aku masukan aku gesek” dolo di
depan vaginanya belum aku masukin aja Farida udah meringis” aku dorong perlan”

“Ndree pelan” sakit. nee”. di bantu dengan tangannya dia perlahan” kontol aku masuk baru
seperempatnya masukkk aku cabut lagi dannn aku sodok lagi dan akhirnya masuk semua. aku
lihat Farida sangat menderita tapi sepertinya dia seneng banget udah semuanya masuk aku
goyangin aku maju mundurin perlahan lahan.
Bokong Farida pun ikut bergoyang yang membuatku kewalahan. setelah beberapa menit aku
goyang” tiba” badan Farida mengejang semua. dan akhirnya Farida orgasme untuk ke tiga
kalinya

Aku cabut kembali penis aku dan Farida berada di atas aku. Posisi ini membuat aku lebih
rileks. Farida memasukannya pelan-pelan. Digenggamnya penisku dan dimasukannya penisku ke
vaginanya. Dan blesssss ternanam semua di dalam vaginanya.
Badan Farida naik turun mengikuti irama Farida mengambil bantal yang da di sebelahnya dan
menarohnya di pala aku posisi ini membuat aku bisa ngerasaain 2 gerakan sekaligus aku
emut” kecil putingnya Farida dan meremas remasnya. bokong Farida terusss bergoyaanggg.

”Ahhhhhhhhh ahhhhhhhhh. isappp teruss ndree” badan Farida mengenjang dan ” Renaldeee akuuu
pengen keluar lagi”.

”Akuuu juga pengennnnn selesaiiiiii metttt tahannnn sebentarrrrrrr lagi”. aku dan Farida
mempercepat permainan dan akhirnya”ahhhhh hhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhh. aku keluar.
kata” itu yang mengakiri permainan ini

Sampai sekarang pun Farida tetep bermain sama aku. Kami tetap melakukan banyak hal. Dan
aku di tunangin sama Farida karena orang tua kami sama-sama setuju atas hubungan kami.Daftar


Friday, June 28, 2019

Cintaku di Terima Sahabatku

Siang itu di salah satu SMU negeri denpasar sangat hiruk pikuk oleh ramainya pengumanan bagi siswa kelas 3 yang akan mengakhiri kisahnya di sekolah . Ada seorang gadis yang memiliki tinggi 169 cm yang sangat mudah baginya untuk melihat papan pengumuman, tanpa harus berada di kerumunan itu. Anak gaids itu bernama sarah siswa kelas 3 jurusan pariwisata.

Cintaku di Terima Sahabatku


Sarah adalah pacarku ketika aku masih bekerja di sebuah travel agent di Bali, sebelum aku pindah ke Lombok untuk menjadi pemain musik di cafe. Dengan senyum kemenangan dia mendatangi aku yang sedang berdiri tak jauh dari tempat parkir sepeda motor.

“Mas Radit.. Aku lulus..,” teriaknya sembari memeluk aku.

Yang aku sambut dengan mengulurkan tangan dan mendekapnya erat.

“Syukur deh.. Sayang kamu bisa lulus” ujarku ikut gembira.

Sesuai rencana sebelum acara pengumuman, Sarah mengajaku ke Kintamani apabila dia lulus. Sebagai ungkapan kegembiraannya atas berhasilnya dia menyelesaikan masa SMU dengan baik
Tanpa menunggu waktu lagi aku dan Sarah berangkat ke Kintamani, yang kebetulan siang itu udaranya cukup segar dan memang sebagai lokasi wisata yang menawarkan pemandangan alam pegunungannya, Kintamani selalu sejuk, apalagi menjelang senja dinginnya sampai menusuk tulang.

Dengan mengendarai motor, aku menjalankannya tanpa perlu terburu-buru, karena aku nggak mau melewatkan saat-saat terindah berdua terlewatkan begitu saja. Tangan Sarah memeluk pinggangku erat, sesekali dia mencumbu belakang telingaku mesra. Tanpa terasa penisku yang berlapiskan celana jeans biru kesukaanku bergerak pelan, menandakan gejolak kelakianku mulai tergoda dengan adanya cumbuan-cumbuan Sarah yang lembut.

Perjalanan ke Kintamani melewati jalan yang berkelok-kelok, dikanan jalan ada pemandangan danau bedugul yang sangat indah dengan airnya yang jernih, tapi sayang sore itu udaranya agak berkabut, sehingga mengganggu jarak pandang kita.

Aku dan Sarah memutuskan untuk berhenti sesaat, sambil menikmati udara sore itu di Sebuah cafe kecil di tepian jalan yang pemandangannya langsung menghadap ke Danau Bedugul. Sambil memesan minuman hangat, aku mengeluarkan sebatang rokok kesukaanku dan menyalakannya sesaat, sebelum aku menghisapnya dalam-dalam.

Aku dan Sarah Duduk memilih duduk di tempat yang agak ke pojok, karena kebetulan juga tempatnya cukup menguntungkan buat menikmati pemandangan ke Danau. Setelah menunggu beberapa saat minuman pesanan kita pun datang. Tanpa menunggu beberapa saat, sebelum pelayan pergi Sarah sudah terlebih dulu meminumnya hal ini di karenakan udara pegunungan yang berkabut sudah mulai terasa menusuk tulang belulang.

Dengan lembut aku memeluk Sarah yang nampaknya mulai kedinginan.

“Kamu kedinginan sayang?” Tanyaku

“Iyah nih Mas..” katanya pelan.

Sambil memeluk Sarah aku membisikan kata-kata mesra.

“Radit hangatkan yah sayang..!” kataku lembut di belakang telinga.
Sarah hanya tersenyum manis, tanpa berkomentar sambil mengedipkan matanya tanda setuju. Udara sepertinya sangat mendukung sekali sehingga aku dan Sarah semakin rapat berpelukan. Ketika ada keheningan sesaat diantara obrolan kita, tak pernah aku melewatkan untuk mengecup bibir Sarah yang ranum tanpa terpoles lisptick.

“Ohh.. Mas..” desahnya ketika kecupan lembutku mengantarkannya melambung.

Kemesraan kita di cafe tak berlangsung lama, dikarenakan hari mulai menjelang senja. Setelah membayar minuman yang kita pesan, aku menggandeng tangan Sarah dengan mesra untuk meninggalkan cafe dan mencari penginapan di sekitar Kintamani yang memang sudah dekat dari cafe tersebut.

Tak lama berselang aku menemukan sebuah hotel yang tempatnya begitu cocok menurut kita berdua.
Di Hotel itu tersedia restaurant yang pada malam harinya menyajikan acara live accustic musik.
Sengaja aku memilih Hotel yang ada fasilitasnya seperti itu, karena aku juga pemain musik di cafe yang posisiku di band pemegang rythm sekaligus vokal.
Setelah urusan dengan resepsionist selesai, aku mengajak Sarah berjalan ke arah kamar. Kamar kami sangat romantis, di depan ada taman dan pancuran air kecil dari sumber mata air sekitar Kintamani dan ada tempat duduknya yang di hiasi lampu temaram. Di dalam kamar aku langsung rebahan di tempat tidur, karena perjalanan kita dari denpasar sedikit melelahkan membuat pegal-pegal di persendian.

“Mas.. Aku mau mandi dulu yah,” katanya.

“Ntar keburu kedinginan, sekarang aja mulai terasa nih udaranya,” sahutnya lagi.

“Kalau begitu kita sekalian aja mandi bareng,” godaku.

“Boleh.. Siapa takut..” tantangnya kemudian.

Dengan berlari kecil aku mengejar Sarah yang sudah sampai di depan kamar mandi. Sesampainya di dalam kamar mandi, aku langsung membuka kaosku dan hanya mengenakan celana pendek.

“Sayang.. Ini kan hari bahagia kamu setelah kamu lulus” kataku kemudian.

“iya aku tahu itu.. Lantas kenapa sayang?”tanya Sarah mesra.

“Aku ingin memanjakan kamu dengan cara memandikan kamu mulai dari menggosok seluruh tubuh kamu, menyabuninya dan menyirami dengan shower,” kataku lagi.

“Muachh..” seketika Sarah mengecup bibirku lembut.
Makasih sayang.. Kamu sudah manjain aku,” sahutnya lagi
Dengan lembut aku mulai membuka seragam SMU Sarah yang masih dikenakan saat itu. Di mulai dari hemnya aku buka kancing atasnya secara perlahan, sambil aku memandangi wajahnya yang manis serta dengan senyumnya yang penuh pesona. Setelah kancing kedua aku buka, maka terpampanglah keindahan bukit payudaranya yang berukuran 36b itu mencuat keluar kontras dengan branya yang berwarna hitam. Aku menyelesaikannya dengan kancing terakhir, sembari aku mengecup kecil bukit payudaranya yang lembut.

Tinggallah rok abu-abunya yang belum aku sentuh. Sesaat aku mengecup kembali bibirnya yang menantang dengan sorot matanya yang pasrah. Kembali dengan perlahan aku membuka rok Sarah, yang aku awali dengan menurunkan ziper di belakangnya.

“Srett..” bunyi ziper roknya ketika aku turunkan.

Dengan sekali rengkuh, terlepaslah rok Sarah menyentuh lantai. Sarah saat itu mengenakan CD warna hitam juga, yang dikombinasikan renda di pinggir dan di bagian tengahnya, sehingga terpampanglah dengan transparan rerumputan hitam lebat melalui renda Cdnya.

Dengan kedua tangan aku melanjutkam menurunkan CD hitamnya dan terpampanglah pemandangan yang membuat aku menelan ludah beberapa saat dan membuat kelakianku tergoda. Celana pendek yang aku kenakan telah menonjol sebelum aku melucuti pakaiannya, ditambah lagi sekarang dia sudah telanjang bulat di depanku.

Dengan lembut aku mulai menyiramkan air dari shower ke seluruh tubuhnya. Yang aku lanjutkan dengan mulai menyabuni punggungnya, pinggulnya yang bahenol, serta betisnya yang jenjang. Yang membuat Sarah menggelinjang pelan.

“Ohh.. Mas..” desahnya pelan.

Setelah bagian belakang selesai aku sabuni, tinggallah bagian depan yang membuat kelakianku semakin menggelegak. Aku mulai menggosok bagian lehernya terlebih dahulu, karena aku tahu, bagian ini merupakan bagian yang cukup sensitif di samping bagian sensitif yang lainnya yang ada di tubuh Sarah.

Perlahan tanganku mulai meraba sedikit demi sedikit leher jenjang nan mulus miliknya, dengan telapak tanganku yang penuh dengan busa sabun. Terkadang terdengar desahan lembut Sarah yang menikmati setiap gerakan tanganku yang menelusuri permukaan kulit halusnya.
“Ohh.. Mas,” desahnya lembut.

Kemudian tanganku bergerak turun ke arah dadanya yang membusung dan licin sembari kembali menuangkan sabun cair di sekitar payudaranya sekaligus ke putingnya yang mulai menonjol keras. Sengaja gerakan tanganku di dadanya sedikit melambat, hal ini aku lakukan sekaligus menyabuni dan merangsang payudaranya secara lembut.

Kembali desahan lembut terdengar olehku.

“Ohh.. Mas.. Teruskan”desahnya dengan mata terpejam.

Setelah cukup bermain di bagian dadanya, kembali tanganku bergerak turun ke arah perutnya yang datar yang hanya beberapa saat lamanya. Dan berakhir di daerah yang berbulu lebat nan hitam, tapi tertata dengan rapi menyerupai bentuk CD. Aku menuangkan sedikit shampoo ke tanganku, kemudian aku lanjutkan dengan menggosok bukit vaginanya dengan lembut. Sesekali tanganku menyentuh clitorisnya lembut yang menimbulkan sensasi tersendiri buat Sarah.
“Ssshshshshsh..” desisnya pelan.

Tak lama aku lanjutkan untuk menggosok untuk lebih ke bawah lagi yaitu di bagian pangkal pahanya yang mulus dan aku menyelesaikan tugas terakhir memandikannya di bagian betisnya yang bak bulir padi itu. Setelah semua bagian tubuh Sarah penuh dengan busa sabun, kembali aku menyiraminya dengan gagang shower ke seluruh permukaan tubunya untuk tahap akhir, sebelum aku mencumbu tubuhnya.

“Thanks ya.. Mas.. sudah di manjain,” katanya pelan.

“Dengan senang hati kok sayang.. Aku lakukan buat kamu,” jawabku mesra.

Kemudian aku memeluk tubuh Sarah mesra, sembari membimbingya untuk duduk di pinggiran bathtub.

Dan selanjutnya aku nyalakan kran airnya. Sembari menunggu airnya penuh, aku jongkok di depannya yang lagi duduk sembari menaikkan salah satu kakinya di pinggiran bathtub. Lidahku mencumbu seluruh permukaan kakinya yang kemudian aku lanjutkan dengan menghisap lembut jemari kakinya yang lentik dan wangi itu.

Sarah terpejam menerima perlakuanku yang begitu lembut, sehingga melambungkan nafsunya yang memang sudah sangat terangsang sejak awal. Lidahku begerak naik menelusuri betisnya yang jenjang dan berakhir di pahanya yang mulus. Gerakan lidahku semakin liar namun lembut, setelah sampai di pangkal pahanya. Aku menjulurkan lidahku kembali ke arah lekukan pangkal pahanya dan hal ini berpengaruh sekali untuk tubuh Sarah menerima rangsangan dariku.

Dengan kedua tanganku aku mulai menyibak vaginanya yang aromanya khas sekali, dan kemudian aku julurkan lidahku yang basah ke permukaan clitorisnya yang mulai menonjol pelan. Kembali tubuh Sarah mengelinjang pelan penuh kenikmatan menerima perlakuan ini.

“Hekk.. Sshh.. Mas,” desahnya tak teratur.
Aku tahu kalau Sarah begitu menikmati dan suaranya parau namun terdengar cukup sensual. Selanjutnya dengan gerakan mantap aku julurkan lidaku menerobos liang vaginanya yang mulai basah oleh lendir kenikmatan yang keluar dari vaginanya. Tiba-tiba gerakan tangan Sarah begitu cepat merengkuh belakang kepalaku dan menariknya untuk lebih dalam ke permukaan vaginanya.

“Ohh.. Mas.. Aku mau keluar,” teriaknya kecil.

Tanpa berhenti gerakan lidahku terus menerobos semakin ke dalam dan ini menimbulkan sensasi yang lebih hebat untuknya dan di akhiri dengan teriakannya yang panjang.

“Ohh.. Mass..” Sarah mendesah lembut.

Setelah mencapai orgasmenya yang kesekian kalinya, aku memberikan kesempatan buatnya untuk istirahat sejenak, sambil aku berdiri menutup kran air yang ternyata sudah penuh. Kemudian aku berjalan ke pinggiran bathtub dan duduk disamping Sarah untuk mencumbunya kembali. Perlahan tubuh Sarah merosot ke bawah ke arah selangkanganku dan dengan gerakan lembut mulutnya melahap ujung penisku yang memang sudah sangat keras dari permainan awal.

Lidahnya bermain dengan perpaduan hisapan dan liukan ujungnya di rongga mulut miliknya yang mungil. Aku mendesah lembut menerima perlakuannya ini.

“Ohh.. Sayang.. Enak sekali,” desahku dengan nafas tertahan.

Selanjutnya dengan lembut aku angkat tubuhnya dan memeluk pinggangnya untuk membelakangiku. Dengan lembut tanganku meremas payudaranya dari belakang dan menarik tubuhnya untuk mengambil posisi duduk. Sarah melebarkan kakinya sembari jemari tangannya yang lentik memegang batang penisku dan mengarahkannya tepat di lubang vaginanya yang sudah basah oleh lendir. Perlahan Sarah menurunkan pinggulnya secara lembut, maka melesaklah seluruh batang penisku yang sudah mencapai ereksi maksimal.

“Ohh.. Shhss,” desah kami berbarengan.
Setelah penisku menembus bagian dalam vaginanya. Tanganku kembali meremas kedua payudaranya dari belakang dan lidahku menjilati punggungnya yang penuh dengan butir-butir air. Jemari tanganku yang kiri memilin ujung putingnya yang keras dan ini membuat bibirnya mendesah pelan.

“Ssshh..” desahnya penuh erotis.

Sementara tangan kananku menarik wajahnya mendekat ke wajahku. Aku mengulum bibirnya yang masih terbuka menahan nikmat dengan lembut. Sarah tak tinggal diam dengan menggerakkan pinggulnya memutar seirama dengan gerakan pinggulku yang menghujam vaginanya lebih dalam.

Desahan dan teriakan kecil diantara percintaan kami sesekali terdengar. Dan ini menimbulkan kesan erotis tersendiri buat kita. Setelah beberapa saat lamanya adegan ini berlangsung. Tiba-tiba tubuh Sarah bergetar dan semakin cepat gerakan pinggulnya.

“Mas.. Aku mau keluar,” teriaknya.

“Kita keluarkan bersama sayang..” sahutku

“Aku juga mau keluar nih,” timpalku lagi.

Kembali tanganku menarik wajahnya dan mengulum bibirnya dengan lembut. Dan tanganku satunya memilin ujung puting payudaranya. Dengan erat aku memeluk tubuhnya begitu aku merasakan cairan hangat menyirami batang penisku. Dan tak berlangsung lama penisku juga menyemburkan sperma ke dalam rongga vaginanya.

“ohh.. Mass.. Aku keluar,” teriaknya bergetar.

“Aku juga.. Sayangg..” dengan nafas tak teratur.

Masih dengan posisi aku memeluk tubuhnya dari belakang aku mengulum bibirnya kembali sampai tetes terakhir spermaku dan di akhiri dengan mengecilnya penisku di dalam vagina Udiayani. Percintaanku dan Sarah berlangsung kembali setelah acara makan malam di cafe yang malam itu pengunjungnya cukup ramai.

Selama makan malam berlangsung aku memilih meja yang meghadap langsung ke panggung dan ada di deretan tengah agak di ujung. Di atas meja aku nyalakan sebatang lilin untuk menemani makan malam kami. Malam itu semakin berkesan buat Sarah, karena aku menyumbangkan sebuah lagu karanganku di acara live musik di cafe tersebut untuk dirinya yang sengaja khusus buat dirinya.

Begitulah kisah cintaku yang sampai saat ini aku masih menyimpanya di dalam hati sebagai kenangan yang manis di dalam hidupku.

Thursday, June 27, 2019

Nikmatnya Darah Perawan Calon Sekretarisku

Sahabatqq - Saat ini aku sudah berkeluarga, tetapi aku punya WIL yang juga sangat ku sayangi.Aku sudah menganggap dia sebagai istriku. Dari obrolan selama ini dia mengatakan ingin melihatku bercinta dengan wanita lain. Akhirnya tibalah pengalaman kami ini.

Nikmatnya Darah Perawan Calon Sekretarisku


Siang di hari Sabtu itu terasa panas sekali, tiupan AC mobil yang menerpa langsung ke arahku dan ‘istriku’ kalah dengan radiasi matahari yang tembus melalui kaca-kaca jendela. Aku sedang melaju kencang di jalan tol menuju arah Bogor untuk suatu keperluan bisnis. Seperti telah direncanakan, kubelokkan mobil ke arah pom bensin di Sentul. setelah tadi tak sempat aku mengisinya. Dalam setiap antrian mobil yang cukup panjang terlihat ada gadis-gadis penjaja minuman berenergi. Sekilas cukup mencolok karena seragamnya yang cukup kontras dengan warna sekelilingnya
Dari sederetan gadis-gadis itu tampak ada seorang yang paling cantik, putih, cukup serasi dengan warna-warni seragamnya. Ia terlalu manis untuk bekerja diterik matahari seperti ini walaupun menggunakan topi. Tatkala tersenyum, senyumnya lebih mengukuhkan lagi kalau di sini bukanlah tempat yang pantas baginya untuk bekerja. Aku sempat khawatir kalau ia tidak berada di deretanku dan aku masih hanyut dalam berbagai terkaan tentangnya, aku tidak sempat bereaksi ketika ia mengangguk, tersenyum dan menawarkan produknya. Akhirnya dengan wajah memohon ia berkata, “Buka dong kacanya..” Segera aku sadar dengan keadaan dan refleks membuka kaca jendelaku. Istriku hanya memperhatikan, tidak ada komentar.

Meluncurlah kata-kata standar yang ia ucapkan setiap kali bertemu calon pembeli. Suaranya enak didengar, tapi aku tak menyimaknya. Aku malah balik bertanya, “Kamu ngapain kerja di sini?”
“Mom, kita kan masih perlu sekretaris, kenapa tidak dia aja kita coba.”
“Ya, boleh aja”, jawab istriku.
“Gimana mau?” tanyaku kepada gadis itu.
“Mau.. mau Mas”, katanya.

Setelah kenalan sebentar dan saling tukar nomor telepon, kulanjutkan perjalananku setelah mengisi bensin sampai penuh. Istriku akhirnya tahu kalau maksudku yang utama hanyalah ingin ‘berkenalan’ dengannya. Ia sangat setuju dan antusias.
Malam sekitar jam 20:00 HP istriku berdering, sesuai pembicaraan ia akan datang menemui kami. Setelah diberi tahu alamat hotel kami, beberapa saat kemudian ia muncul dengan penampilan yang cukup rapi. Ia cepat sekali akrab dengan istriku karena ternyata berasal dari daerah yang sama yaitu **** (edited), Jawa Barat. Tidak sampai setengah jam kami sudah merasa betul-betul sebagai suatu keluarga yang akrab. Ia sudah berani menerima tawaran kami untuk ikut menginap bersama. Ia sempat pamit sebentar untuk menyuruh sopir salah satu keluarganya untuk pulang saja, dan telepon ke saudaranya bahwa malam itu ia tidak pulang.

Setelah cerita kesana-kemari akhirnya obrolan kami menjurus ke masalah seks. Setelah agak kaku sebentar kemudian suasana mencair kembali. Kini dia mulai menimpali walau agak malu-malu. Singkat cerita dia masih perawan, sudah dijodohkan oleh keluarganya yang ia belum begitu puas. Keingintahuannya terhadap masalah seks termasuk agak tinggi, tapi pacarnya itu sangat pemalu, termasuk agak dingin dan agak kampungan walau berpendidikan cukup. Kami ceritakan bahwa dalam masalah seks kami selalu terbuka, punya banyak koleksi photo pribadi, bahkan kali ini kami ingin membuat photo ketika ‘bercinta’.

“Udah ah, kita sambil tiduran aja yuk ngobrolnya”, ajak istriku.
“Nih kamu pakai kimono satunya”, kata istriku sambil memberikan baju inventaris hotel. Sedangkan aku yang tidak ada persiapan untuk menginap akhirnya hanya menggunakan kaos dan celana dalam. Ia dan istriku sudah merebahkan badannya di tempat tidur, kemudian aku menghampiri istriku langsung memeluknya dari atas. Kucumbu istriku dari mulai bibir, pipi, leher, dan buah dadanya. Istriku mengerang menikmatinya. Aku menghentikan cumbuanku sejenak kemudian meminta tamu istimewaku untuk mengambil photo dengan kamera digital yang selalu kami bawa. Tampak ia agak kikuk, kurang menguasai keadaan ketika aku menolehnya.
Setelah aku mengajarinya bagaimana menggunakan kamera yang kuberikan itu, kemudian kuteruskan mencumbu istriku. Dengan telaten kucumbu istriku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kini tamuku tampaknya sudah menguasai keadaan, ia dengan leluasa mengintip kami dari lensa kamera dari segala sudut. Akhirnya istriku mencapai klimaksnya setelah liang senggamanya kumainkan dengan lidah, dengan jari, dan terakhir dengan batang istimewaku. Sedangkan aku belum apa-apa.
“Sekarang gantian Rin, kamu yang maen aku yang ngambil photonya”, kata istriku.
“Ah Mbak ini ada-ada aja”, kata Rini malu-malu.
Sebagai laki-laki, aku sangat paham dari bahasa tubuhnya bahwa dia tidak menolak. Dalam keadaan telanjang bulat aku berdiri dan langsung memeluk Rini yang sedang memegang kamera. Tangan kirinya ditekuk seperti akan memegang pinggangku, tapi telapaknya hanya dikepal seolah ragu atau malu. Kuraih kamera yang masih di tangan kanannya kemudian kuberikan kepada istriku.

Kini aku lebih leluasa memeluk dan mencumbunya, kuciumi pipi dan lehernya, sedang tanganku terus menggerayang dari pundak sampai lekukan pantatnya. Pundaknya beberapakali bergerak merinding kegelian. Kedua tangannya kini ternyata sudah berani membalas memelukku. Kemudian aku memangkunya dan merebahkannya di tempat tidur. Kukulum bibir mungilnya, kuciumi pipinya, kugigit-gigit kecil telinganya, kemudian kuciumi lehernya punuh sabar dan telaten. Ia hanya mendesah, kadang menarik nafas panjang dan kadang badannya menggelinjang-gelinjang.

Tidak terlalu susah aku membuka kimononya, sejenak kemudian tampak pemandangan yang cukup mempesona. Dua bukit yang cukup segar terbungkus rapi dalam BH yang pas dengan ukurannya. Kulitnya putih, bersih dengan postur badan yang cukup indah. Sejenak aku menoleh ke bawah, tampak pahanya cukup menawan. Sementara itu onggokan kecil di selangkangan pahanya yang terbungkus CD menambah panorama keindahan.

Ia tidak menolak ketika aku membuka BH-nya, demikian juga ketika aku melepaskan kimononya melewati kedua tangannya. Kuteruskan permainanku dengan mengitari sekitar bukit-bukit segar itu. Seluruh titik di bagian atasnya telah kutelusuri tidak ada yang terlewatkan, kini kedua bukti itu kuremas perlahan. Ia mendesah, “Eeehhh..”

Tatkala kukulum puting susunya, badannya refleks bergerak-gerak, desahnya pun semakin jelas terdengar. Kuulangi lagi cumbuanku dari mulai mengulum bibirnya, mencium pipinya, kemudian lehernya. Kemudian kuciumi lagi bukit-bukit indah itu, dan kemudian kupermainkan kedua puting susunya dengan lidahku. Gelinjangnya semakin terasa bergerak mengiringi desahannya yang terasa merdu sekali.
Petualanganku kuteruskan ke bagian bawahnya. Ia mencegah ketika aku akan membuka CD-nya yang merupakan pakaian satu-satunya yang tersisa. “Ya nggak usah dibuka” ujarku, “Aku elus-elus aja ya bagian atasnya pakai punyaku”, bujukku. Ia tidak bereaksi, tapi aku langsung saja menyingsingkan CD-nya ke bawah. Tampaklah dua bibir yang mengapit lembah cintanya dihiasi bulu-bulu tipis. Kupegang burungku sambil duduk mengangkang di atas kedua pahanya, kemudian kuelus-eluskan burung itu ke ujung lembah yang sebagian masih tertutup CD. Agak lama dengan permainan itu, akhirnya mungkin karena ia juga penasaran, maka ia tidak menolak ketika kulepaskan CD-nya.

Kini kami sama-sama telanjang, tak satu helai benang pun yang tersisa. Kuteruskan permainan burungku dengan lebih leluasa. Tak lama kemudian cairan kenikmatannya pun sudah meleleh menyatakan kehadirannya. Burungku pun lebih lancar menjelajah. Tapi karena lembahnya masih perawan agak susah juga untuk menembusnya.

Ketika kucoba untuk memasukkan burungku ke dalam lembah sorganya, tampak bibir-bibir kenikmatannya ikut terdorong bersama kepala burungku. Menyadari alam yang dilaluinya belum pernah dijamah, aku cukup sabar untuk melakukan permainan sampai lembah kenikmatannya betul-betul menerimanya secara alami. Gelinjang, desahan, dan ekspresi wajahnya yang sedang menahan kenikmatan membuatku semakin bersemangat dan lebih percaya diri untuk tidak segera ejakulasi. Ia sudah tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Akhirnya kepala burungku berhasil menembus lubang kenikmatan itu.

Kuteruskan permainanku dengan mengeluarkan dan memasukkan lagi kepala burungku. Ia merintih kenikmatan, ia pasrah saja dengan keadaan yang terjadi, karena itu aku yakin bahwa rintihan itu bukan rintihan kesakitan, kalaupun ada, maka akan kalah dengan kenikmatan yang diperolehnya. Selanjutnya kulihat burung yang beruntung itu lebih mendesak ke dalam. Aku sudah tidak tahan untuk memasukkan seluruh burungku ke tempatnya yang terindah.

Kemudian kurebahkan badanku di atas tubuhnya yang indah, kuciumi pipinya sambil pantatku kugerakkan naik turun. Sementara burungku lebih jauh menjangkau ke dalam lembah nikmatnya. Akhirnya seluruh berat badanku kuhempaskan ke tubuh mungil itu. Dan.., “Blesss….” seluruh burungku masuk ke dalam surga dunia yang indah. Ia mengerang, gerakan burungku pun segera kuhentikan sampai liang kewanitaannya menyesuaikan dengan situasi yang baru.

Setelah agak lama aku pun mulai lagi memainkan gerakan-gerakanku dengan gentle. Kini ia mulai mengikuti iramaku dengan menggerak-gerakkan pinggulnya. Selang berapa lama kedua tangannya lekat mencengkram punggungku, kakinya ikut menjepit kedua kakiku. Kemudian muncul erangan panjang diikuti denyut-denyut dari lembah sorganya. “Eeehhh…” desahnya. Aku pun sudah tidak tahan lagi untuk menumpahkan seluruh kenikmatan, segera kucabut burungku kemudian kumuntahkan di luar dengan menekan ke selangkangannya. “Eeehhh…” erangku juga. Kami berdua menarik nafas panjang.
Setelah agak lama kemudian aku duduk, kuraih kaos dalamku kemudian aku mengelap selangkangnya yang penuh dengan air kenikmatanku. Tampak tempat tidurnya basah oleh cairan-cairan bercampur bercak-bercak merah. Ia pun segera duduk, sejenak dari raut wajahnya tampak keraguan terhadap situasi yang telah dialaminya. Aku dan istriku memberi keyakinan untuk tidak menyesali apa yang pernah terjadi.

Besok pagi sebelum check out aku sempat bermain lagi dengannya. Benar benar akhir pekan yang menyenangkan dan susah dilupakan. Akhirnya dia kutitipkan di perusahan temanku

Wednesday, June 26, 2019

Salah Kamar

Sekarang aku bekerja di sebuah pabrik yang berada di bandung aku sudah 2 tahun bekerja di pabrik ini . Di umurku yang ke 21 ini aku masih single . Aku memiliki tinggi 170 cm dan berat badanku 58 kg. Ini ada pengalaman pribadiku. Aku sebenarnya malu untuk membagikannya tetapi ini adalah pengalaman yang sangat tidak dapat kulupakan





Setiap tahun pabrik selalu mencutikan karyawan selama seminggu dan inilah saatnya para karyawan berlibur. Aku merencanakan berlibur sendiri di pantai. Jadi aku langsung pulang setelah mendapat gaji dari atasan dan merapikan baju ke koper untuk ke pantai.

Aku mengunakan bis untuk pergi ke pantai. Perjalanan sangat cepat setelah hanya memakan waktu 30 menit. Setelah sampai di pantai, aku mengambil koperku ke tempat resepsionis dan memesan hotel untuk istirahat.

Tapi aku terkejut ketika seseorang bangun dari tempat duduknya. Dia adalah perempuan yang sangat cantik dengan tubuh tinggi sekitar 160cm
Aku agak terbengong sejenak dan tiba-tiba…..

“Ada apa pak?” tanya cewek itu.

“Eee… Saya ingin memesan kamar.” Jawabku.

“Mau pesan yang mana mas?, disini ada tiga macam kamar.

Tanya lagi dengan menunjukan papan harga tiga kamar. Aku agak bingung memilih kamar karena aku terpesona oleh kecantikan gadis ini.

“Saya ingin kelas menengah” Jawabku setelah berusaha menghilangkan melamunnya. “Harganya Rpxxx” Jawab cewek itu. Lalu aku membayar uang tersebut. Pada saat dia mengetik komputer resepsionis, aku sengaja melihat namanya yang menempel di baju sakunya.

Lia namanya. Aku juga lihat tubuhnya dan aku mengelengkan kepalaku sambil berpikir, “Benar benar sempurna.” Walaupun dia mengunakan jas seperti layaknya karyawan tapi tubuhnya sangat seksi. Aku terus bengong sambil menunggu dia selesai mengetik.
Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan mengasih kunci itu sambil berkata “Selamat menikmati hotel kami.” Aku mengambil kunci itu dan naik ke kamar hotel. Sesampai di kamar hotel, aku berbaring di ranjang dan memikirkan perempuan tersebut.

Tapi lama-kelamaan aku jadi mulai terangsang dan burungku berdenyut ingin keluar dari sarangnya. Aku ingin berusaha untuk tidak memikirkan yang tidak- tidak, tapi burungku terus berontak ingin keluar.

Jadi aku melorotkan celana jeans dan celana dalamku sampai ke paha. Muncullah Elang tanpa sayap yang tegak itu. Aku mulai memegang penisku sendiri sambil memikirkan perempuan tersebut. Aku tidak tahan dan mulai mengocok penisku sendiri dengan irama pelan.

Setelah mengocok lama, aku merasakan kamarku menjadi panas jadi aku berdiri dan berhenti sejenak untuk melepaskan semua pakaian. Aku ingin memulainya lagi tapi tiba-tiba ada orang yang membuka pintu kamarku.
Aku sangat kaget dan berusaha memakai bajuku tapi seseorang terlanjur melihatku. Ternyata perempuan lain yang tak kukenal tapi sangat cantik. Kami saling bertatapan sejenak dan perempuan itu mulai bicara.

“Ap..a…kah. in..i kamar no.xxx?” Aku terkejut mendengar perkataannya karena biasanya perempuan langsung menutup pintunya kalau melihat tubuh telanjang lawan jenis. Aku bingung harus menjawab apa karena takut salah.

Masih dalam keadaan telanjang,aku memberanikan diri dan menjawab. “Tolong anda masuk dan tutup pintunya dulu.” Aku mulai merasa sangat kacau karena aku tidak tahu apa yang kukatakan benar atau salah.

Perempuan itu tersenyum dan masuk ke dalam kamarku. Setelah menutupi pintu kamarku, dia bertanya lagi.

“Apakah ini kamar no.xxx?” Aku sangat pusing melihat keadaan sekarang dan bermaksud untuk lari tapi aku tidak bisa lari.

Aku menghembus napasku dalam-dalam dan berkata. “Ini.. bukan.. kamar… xxx..” Setelah mendengar jawabanku, dia tidak pergi malah mendekatiku dan berkata. “Kenapa kau masih dalam keadaan telanjang?”

Setelah mendengar perkataan itu, aku masih bingung sekaligus terangsang seolah ingin cepat-cepat bergumul dengannya tapi juga takut karena belum pernah melakukan hubungan dengan lawan jenis. Tangan kanan perempuan itu mulai memegang badan bidanku dengan usapan kecil.

Aku masih belum tahu apa yang harus kulakukan. Tangan kirinya memegang alat vitalku dan bertanya.

“Apakah kau pernah melakukannya?”

Aku tidak menjawab dan langsung mencium bibir mungil itu secara acak- acakan. Dia pun mulai membalasnya. Aku kaget dengan reaksiku sendiri karena aku tidak memerintahkan untuk mencium. Dia mulai mengeluarkan lidahnya dan mencari lidahku.
Aku jadi mulai membalasnya. Setelah beberapa saat kami ciuman, dia melepaskan ciumannya dan berkata di dekat telingaku.

“Tenang saja, kita akan bersenang senang.” Dia membuka semua bajunya dan melempar di lantai. Tampaklah bukit kembar yang lumayan besar dan garis feminimnya dengan sedikit berbulu. Aku menelan ludah setelah melihat tubuh wanita yang begitu indahnya tepat di depan mataku.
Dia mendorongku ke tempat ranjang dan aku jatuh terbaring di ranjang. Dia datang dan mulai mengusap elangku
“Ahh…………” Gunamku. “Apakah enak mas?” Tanya si cewek. “En…..ahhkk….k” belum sempat aku menjawab, dia sudah memasukin penisku ke dalam mulutnya. Dia masih mengulum penisku yang membuatku merem- melek dengan napas yang tidak teratur.

“Ahhhkkkkk…………. Ahhhkkkkk……… Ahhhkkkkk…….” Aku mengerang saat lidahnya menjilati lubang penisku. Dia terus menjilati lubang penisku jadi rasanya seperti mau cepat cepat keluar. Setelah beberapa saat, aku mulai merasa gatal dan berdenyut di sekitar penisku.

“A..khhhh…u ti….d..ahkk khh…..uu…..aaaatttt.” Teriakku. Aku langsung menyemburkan cairan kejantananku ke dalam mulut perempuan itu. Cairan yang kukeluarkan sangat banyak tapi sepertinya perempuan itu menelan sebagian spermaku.

Badanku langsung terasa lemas dan serasa ingin tidur. “Mas jangan tidur dulu dong mas!!” teriak cewek itu sambil menepuk dadaku. Aku terbangun dan ingat bahwa aku sedang melakukan hubungan.

“Ak..u be..nar be..nar di..buat kamu pingsan, eh ngo..mong ngo…mong kamu sia…pa?”

Aku berbicara setelah ingat bahwa aku ingin tahu siapa dia.

“Kalo mas ingin tahu siapa aku, kau harus melakukannya sekali lagi, setuju tidak?” tantang cewek itu. “Iya deh.” jawabku dengan lebih percaya diri dan langsung bangun dari tempat tidur untuk melakukan seksual.

Aku membalikkan badan cewek itu menjadi tidur berbaring dan langsung menjilat payudaranya mulai dari kiri dan menekan jari telunjuk ke punting kanan cewek itu.
“Ahh…..” Gunam cewek itu. Aku terus menjilat puting kirinya cewek itu dengan lembut dan menghisap sambil mengoyangkan jari telunjuk kiri ke punting kanannya. Ini membuat dia merem- melek
“Ahhhh……ge…li…. geee…lliiiii ahhh….” “Masssss……” rintih cewek itu dengan suara menggoda. Aku yang tadinya sudah kecapean mulai terangsang lagi setelah mendengar suara merdu yang mengoda.

Aku terus menjilati kadang kadang mencium, menghisap dalam- dalam supaya ingin merasakan nikmat punting susu seorang wanita. Setelah puas dengan yang punting kiri, aku menghisap yang kanan. Ini kulakukan berulang kali sampai payudaranya basah penuh oleh cairan ludahku.

Tangan kananku mulai menurun dan memegang bagian feminim wanita tersebut. Aku mencoba memegangnya dengan seluruh tangan tetapi wanita tersebut menolaknya dengan mengrapatkan kedua pahanya.

Aku ingin berusahanya tetapi dia mengatakan sesuatu diiringi dengan rintihan. “Mas… s…… ja…… ngan……. duuu…lll…uuuuu…..mas” “Sa…yyaaa…. ma…ssiihhh….. pe…..rrraaaa….wwa….aannn” kata cewek itu.

Aku tidak perduli dengan rintihan tersebut dan mencobanya dengan mencium bibirnya dengan tangan kiriku masih memijit bagian kanan punting wanita tersebut. Setelah mencium bibir tersebut aku menulusuri leher wanita tersebut.

“Ge……llllliiiiii….. ahhhhh…. ngi……llluuuu” rintih wanita tersebut. Aku ingin sekali rasanya untuk cepat cepat menghabisinya tetapi aku masih bingung harus merangsangkan bagian mana lagi supaya dia terangsang.

Jadi aku mendekatkan kuping wanita itu dan mengatakan sesuatu. “Sayang, saya ingin sekali mencicipi keharuman feminim mu.”

“Tuunnnnngggguuuuu………. Masssssss….. Ahhhh….” Jawab Cewek itu. Tetapi kata kata tersebut mulai melemah dan pada saat tangan kananku mulai membuka bagian paha cewek itu, dia sepertinya tidak menolak.
Dia membuka pahanya dan aku mulai merasakan kehangatan bagian bawah cewek tersebut. Aku mulai memegangnya dengan telapak penuh dan mengerakannya naik turun dengan irama pelan.

“Shhhhh……Shhh…” Cewek itu merintih. “Hhhhhh…….hhhhhh” Aku memberanikan diri dan mulai mengosokkan vaginanya dengan agak cepat sambil menghisap puntingnya sangat dalam. Ini membuat dia tambah terangsang dan aku mulai merasakan lembab vagina perempuan tersebut.

Aku melepaskan ciuman tersebut dan langsung menurun ke bagian feminim tersebut. Aku mengendus dan merasakan keharuman yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku pun memulainya dengan jilatan kecil di permukaan vagina yang membuat napasnya tidak teratur.

“Hhhhh……….hhhhhh” “A…..ku…….ahhhhhhssssshhhh” Cewek itu sepertinya ingin mengatakan sesuatu tetapi aku tidak memperdulinya dan menjilatinya dengan lebih cepat. Aku menjilatinya terus-menerus sampai aku mulai merasakan ada sesuatu yang seperti bola kecil mencuat keluar.

Aku tidak mengerti dan coba untuk menjilatinya tapi tiba-tiba……. “Ahhhhkkkkk…….. Ge…..lllllliiiiii….. niiikkk…Ahhhhh….ma…t… ahh..” Cewek itu merintih lebih keras seolah olah ingin minta tolong pada seseorang. Aku pun mengerti ternyata dia merasa nikmat kalau dijilat di daerah situ.

Dia mulai menjambak kepalaku yang membuatku kesakitan tapi aku tidak ragu-ragu lagi dan mulai menjilatinya terus-menerus sampai tiba- tiba aku mendengar sesuatu. “Ahhhhh….. kk…. Ak……uuuu…… iiiiinnnggg…iii…nnn…. kkkkeeeelllluuuuaarrr”

Bersamaan dengan suara itu, aku merasa ada cairan yang keluar sangat deras. Kepalaku pun dijepit erat-erat yang membuatku tidak bisa bergerak. Aku merasa sesak napas karena tidak ada ruangan yang bisa buat bernapas.

Aku diam sejenak untuk mengetahui apa yang terjadi. Setelah beberapa saat, tangan yang memjambakku mengendor dan kaki yang menjepitku pun melepas. Aku mengangkat kepala dan lihat matanya mulai terbuka.
“Ma..sss….kamu…he…bbaattt….” Ujar cewek itu.

“Kamu juga hebat sayang.” Jawabku.

“Masss, kau.. tahu…. tidak…. bahwa…. kau…. sala.h kam..ar?” Tanya cewek itu dengan suara lemas. Aku agak bingung dan berbicara kembali.

“Ini kan kamar yyy….”

“Tid…ak, Ini kam..ar…xxx” tutur cewek itu.

Aku kaget setengah mati dan baru mengerti bahwa akulah yang salah.

“Nama kamu siapa sayang?”

Aku tanya dia setelah tenang dengan memegang pipinya.

“Ak.u ada..lah Cellia.” Jawabnya.
“Apakah kau mau jadi istri saya?” Tanyaku.

“Kau be..nar-be..nar nak..al.” Jawabnya.

Setelah menjawab itu, aku langsung mencium bibirnya dan memulai permainannya lagi. Aku mengeluarkan lidahku dan mencari lidahnya untuk dimain.

Dia pun membalasnya dengan penuh nafsu. “mmm…..mmmmm…..” itulah suara yang dikeluarkan waktu lidah kami beradu. Aku terus memainkan lidahnya sambil kuangkat setengah badannya.

Keadaanku sekarang lebih tenang dibanding yang tadi jadi aku melepas ciumannya dan dengan santai menjilati lehernya naik turun. “Hhhhhhh……..hhhhh..” itulah suara cewek yang lagi mendesah.

Permainan di leher sudah cukup untukku dan aku bermaksud untuk mulai lagi di bagian dadanya. Aku turun dan mulai menghisap payudara kirinya. Aku menyedot, mencium, mengendus payudaranya.

Sedangkan tanganku mulai lagi memijit kanan payudara indah itu. Aku menghisap terus- menerus sampai payudara kirinya basah kuyup dan aku pun berpindah lagi menghisap ke punting kanan. Aku mengulang terus-menerus dari kiri ke kanan, dan kanan ke kiri.

“Ahhhh…… Ahhhhh… Ahhhhh…. geeee….llliiii…. ngi…lll…uuuu….” Itulah kata-kata yang terulang terus- menerus.

“Maaaa…ssssss…. co….bbbaaa….. mm…..aa..sssuuuu…kkkiiiinnn…. mmm..aaaa..ssss..”

“Akkk…uuuuu… suuu..dd..ahhh… s…iii…aaa…pppp…Akhh.” Sepertinya kata itu mulai muncul ketika aku mengigit kecil di punting kanan wanita itu.

Aku masih belum ingin menancap gas karena pikiranku sudah agak tenang, aku ingin dia merasakan kehebatan permainanku. Tetapi dia sangat ganas. Dia membalikan tubuhku dan menindihnya di atas tubuhku.
Aku tidak bisa apa-apa dan mengikuti permainannya. Dia menunduk dan menjilati puntingku. “Ahhhkk….Ahhhh.” Desahku sambil berusaha mengangkat kepalanya.

Tetapi dia melarang dan menepis kedua tanganku. Setelah menjilat sebentar puntingku, dia duduk memegang penisku dan berusaha memasukinya ke dalam liang vaginanya.

“Astaga, ini perempuan masih perawan tapi berani memasukinya, benar benar lihai.” pikirku. Saat memasuki ke dalam liang vaginanya, aku mengalami kesulitan. Aku merasa susah sekali memasukinya.

Dia mulai menekan sedikit demi sedikit dan akhirnya masuk setengah. Setelahmemasukinya, dia mulai mengenjot dengan irama pelan. “Ahhh…Ahhh.” Kami berdua mendesah secara bersama. Aku merasa sepertinya ada sesuatu yang menyentuh seperti dinding di dalam vaginanya tetapi aku tidak tahu apa itu karena yang kurasakan saat itu hanyalah nikmat.

Aku mulai mengangkat pinggulku untuk menusuknya lebih dalam. “Ahhhh….Ahhhh.” Kami terus mendesah tidak beraturan.

Permainan yang menyenangkan ini kuteruskan dengan irama agak cepat tapi sepertinya cewek itu agak kesakitan. “A….dduu..hhh… sssaa…kkkkk..iiii…tttt” “Say.., ke..na..pa?” Tanyaku. “Ak…uuu suu…dddaahh….Ahhhhh.” Jawabnya terhenti. “Ke..na..pa?” Tanyaku penasaran.

“ttiii…ddaakkk…per…aaww…a..nnn” Lanjutnya lagi. Pada saat bersamaan dengan teriakan itu, aku merasakan seperti menembus sesuatu dan aku sadar pada saat darah mengalir di daerah perutku. Ternyata aku telah meregut keperawanan gadis itu.

“Celaka, aku tidak sadar bahwa dia masih gadis karena saya terlalu keasyikan bermain.
“Pikirku. Pada saat yang sama, pikiranku juga merasakan menyesal sekaligus nikmat.

“Mau gimana lagi, nasi sudah jadi bubur!” Aku diam sejenak untuk menenangkan situasi. Setelah agak tenang, perempuan itu melihat ke arahku dengan agak merangsang sambil menekan dadaku dan mulai mengenjotnya lagi.

Aku pun tersenyum dan mengetahui bahwa dia tidak menyesal kehilangan kegadisannya.

“Ahhh……Ahhhhhh.” Kami mulai lagi mendesah hebat ketika enjotannya semakin cepat.

“A….yooo….. masss….” Dia mengatakan itu sambil mendesah. “ma…ssuuukkkiinn…. ahhh… ke….. daaaa…la…am.”

Dia terus berusaha mengatakan sesuatu. “akkk….uuuu in….giii…n me…ra.a..saa..kan el…ang…aahhhh….. bb…eee..sss..aaa..rrr.” Aku tidak begitu jelas apa yang dia katakan, tetapi saya tahu bahwa dia menikmatinya karena dia terus mengenjotnya dengan irama lumayan cepat dibanding tadi.
Marathon yang melelahkan masih terus berlanjut, permainan ini kurasakan sangat lama sampai aku mulai merasa ada yang berdenyut lagi di sekujur burungku.

“Cell…iiaa…, a…kkkkuuu..ahh… iinnngggiinnn…kkkeee..lllluuaaarrr..” Aku berbicara sambil memegang pinggul perempuan itu. “Sayyaa… jjjuuu.gggaaa… ttiiiddaakkk….aahhhhh… ttaahhaaannn.”

Suara histeris perempuan itu mulai kencang. Tiba-tiba aku merasakan ada cairan banyak yang keluar dari liang tersebut dan memuncratkan di penisku.

Cairan ini membuat permainanku ingin cepat berakhir karena sangat licin dan..”Ahhhhkkkkkkkk…..Ahhhkkkkkk” Aku teriak sekencang kencangnya sambil menaik- turunkan pinggul perempuan itu dengan sangat cepat.

“Croootttt……Crooottttt….” Burungku akhirnya mengeluarkan cahaya putih yang sangat banyak. Kurasakan bahwa aku menyemburkannya 7 kali didalam liang vagina perempuan tersebut. Setelah beberapa saat, tanganku mulai berhenti dan melepaskannya.

Aku pun terasa sangat lemas. Aku memejamkan mataku dan aku pun tertidur. Di detik terakhir, aku hanya merasakan bahwa perempuan itu tertidur di pangkuan dadaku. Setelah matahari terbit di pagi hari, aku pun pelan-pelan membuka mataku.

Aku masih bingung apakah kemarin aku bermimpi atau tidak. Aku pun menengok kiri dan kanan untuk mengetahuinya. Ternyata aku tidak mimpi dan aku melihat ada wanita sedang merapikan bajunya dan siap untuk pergi.

Aku memanggilnya tapi…. “Sayang, kau mau ke mana?” Tanyaku. Dia hanya tersenyum dan pergi keluar. Aku pun tidur lagi karena aku benar- benar kecapean. Sejak kemarin aku selesai kerja, aku tidak istirahat.

Aku bangun lagi setelah segar dan memakai kembali pakaianku. Setelah selesai, aku pun keluar dengan bagasiku. Aku melihat pintu nomor yang ditempel di pintu dan ternyata aku benar-benar salah.

Ruanganku ada di sebelah. Aku taruh barang-barang di kamarku dan keluar. Pada saat aku keluar dan berjalan di lorong, aku melihat ada pembersih ruangan berjalan menuju ke sini. Aku pun mengsenyum pagi ke pembersih laki-laki itu.
Aku melewati pria itu dan mendengar suara pintu terbuka. Aku menengok sebentar dan aku kaget karena pintu yang dibuka adalah ruangan yang aku tidur bersama perempuan kemarin. Aku bergegas kembali ke sana dan menghentikannya.

“Tunggu dulu pak, jangan dibersihin ruangan ini.”

“Ah?” Pria itu sepertinya bingung.

“Ruangan ini kan sudah check out tadi pagi.” Lanjut pria itu. “Emangnya ini ruangan bapak?” Lanjut lagi dengan pertanyaan.

Aku bingung sekaligus kaget karena wanita yang bersetubuh denganku pergi begitu saja tanpa pemberitahuanku.

“Tidak pak, aku pikir itu ruangan saya.” Aku jawab setelah mengetahuinya.

Aku pun keluar dari hotel dan mencari makan siang. Sisa liburanku hanyalah hampa karena sendirian didalam hotel sambil menyedih hati berbaring di ranjang.


Tubuhku di Nikmati Ramai Ramai Ketika DarmaWisata Sekolah

SahabatQQ     - Sebut saja namaku Della, umurku 16 tahun, kelas 2 SMA. Sebagai anak SMA, tinggiku relatif sedang, 165 cm, dengan berat 48 kg, dan cup bra 34B. Untuk yang terakhir itu, aku memang cukup pede. Walau sebenarnya wajahku cukup manis (bukannya sombong, itu kata teman-temanku…) aku sudah lumayan lama menjomblo, 1 tahun. Itu karena aku amat selektif memilih pacar… enggak mau salah pilih kayak yang terakhir kali.

Tubuhku di Nikmati Ramai Ramai Ketika DarmaWisata Sekolah



Di sekolah aku punya teman akrab namanya Vina. Dia juga lumayan cantik, walau lebih pendek dariku, tapi dia sering banget gonta-ganti pacar. Vina memang sangat menarik, apalagi ia sering menggunakan seragam atau pakaian yang minim… peduli amat kata guru, pesona jalan terus!

Saat darmawisata sekolah ke Cibubur, aku dan dia sekamar, dan empat orang lain. Satu kamar memang dihuni enam orang, tapi sebenarnya kamarnya kecil bangeeet… aku dan Vina sampai berantem sama guru yang mengurusi pembagian kamar, dan alhasil, kami pun bisa memperoleh villa lain yang agak lebih jauh dari villa induk. Disana, kami berenam tinggal dengan satu kelompok cewek lainnya, dan di belakang villa kami, hanya terpisah pagar tanaman, adalah villa cowok
“Del, lo udah beres-beres, belum?” tanya Vina saat dilihatnya aku masih asyik tidur-tiduran sambil menikmati dinginnya udara Cibubur, lain dengan Jakarta.
“Belum, ini baru mau.” Jawabku sekenanya, karena masih malas bergerak.
“Nanti aja, deh. Kita jalan-jalan, yuk,” ajak Vina santai.

“Boljug…” gumamku sambil bangun dan menemaninya jalan-jalan. Kami berkeliling melihat-lihat pasar lokal, villa induk, dan tempat-tempat lain yang menarik. Di jalan, kami bertemu dengan Ray, Andi, dan Yudi yang kayaknya lagi sibuk bawa banyak barang.
“Mau kemana, Yud?” sapa Vina.
“Eh, Vin. Gue ama yang lain mau pindahan nih ke villa cowok yang satunya, villa induk udah penuh sih.” Ray yang menjawab. “Lo berdua mau bantu, nggak? Gila, gue udah nggak kuat bawa semuanya, nih.” Pintanya memelas.
“Oke, tapi yang enteng ajaaa…” jawabku sambil mengambil alih beberapa barang ringan. Vina ikut meringankan beban Andi dan Yudi.

Sampai di villa cowok, aku bengong. Yang bener aja, masa iya aku dan Vina harus masuk ke sana? Akhirnya aku dan Vina hanya mengantar sampai pintu. Yudi dan Andi bergegas masuk, sementara Ray malah santai-santai di ruang tamu. “Masuk aja kali, Vin, Del.” Ajaknya cuek.

“Ngng… nggak usah, Yud.” Tolakku. Vina diam aja.
“Vina! Sini dong!” terdengar teriakan dari dalam. Aku mengenalinya sebagai suara Fery.
“Gue boleh masuk, ya?” tanya Vina sambil melangkah masuk sedikit.
“Boleh doooong!!” terdengar koor kompak anak cowok dari dalam. Vina langsung masuk, aku tak punya pilihan lain selain mengikutinya.

Di dalam, anak-anak cowok, sekitar delapan orang, kalo Ray yang diluar nggak dihitung, lagi asyik nongkrong sambil main gitar. Begitu melihat kami, mereka langsung berteriak girang, “Eh, ada cewek!! Serbuuuuu!!” Serentak, delapan orang itu maju seolah mau mengejar kami, aku dan Vina langsung mundur sambil tertawa-tawa. Aku langsung mengenali delapan orang itu, Yudi, Andi, Fery, Kiki, Dennis, Ben, Angga, dan Rony. Semua dari kelas yang berbeda-beda.
Tak lama, aku dan Vina sudah berada di antara mereka, bercanda dan ngobrol-ngobrol. Vina malah dengan santai tiduran telungkup di kasur mereka, aku risih banget melihatnya, tapi diam aja. Entah siapa yang mulai, banyak yang menyindir Vina.
“Siapa berani, ha?” tantang Vina bercanda juga. Tapi Kiki malah menanggapi serius, tangannya naik menyentuh bahu Vina. Cewek itu langsung menghindar, sementara cowok-cowok lain malah ribut menyoraki. Aku makin gugup.
“Vin, bener ya kata gosip lo udah nggak virgin?” kejar Rony.
“Kata siapa, ah…” balas Vina pura-pura marah. Tapi gayanya yang kenes malah dianggap sebagai anggukan iya oleh para cowok. “Boleh dong, gue juga nyicip, Vin?” tanya Dio.

Vina diam aja, aku juga tambah risih. Apalagi pundak Fery mulai ditempelkan ke pundakku, dan entah sengaja atau tidak, tangan Angga menyilang di balik punggungku, seolah hendak merangkul. Bingung karena diimpit mereka, aku memutuskan untuk tidak bergerak.

“Gue masih virgin, Della juga… kata siapa itu tadi?” omel Vina sambil bergerak untuk turun dari kasur. Tapi ditahan Rony. “Gitu aja marah, udah, kita ngobrol lagi, jangan tersinggung.” Bujuknya sambil mengelus-elus rambut Vina. Aku tahu Vina dulu pernah suka sama Rony, jadi dia membiarkan Rony mengelus rambut dan pundaknya, bahkan tidak marah saat dirangkul pinggangnya.
“Del, lo mau dirangkul juga sama gue?” bisik Angga di telingaku. Rupanya ia menyadari kalau aku memperhatikan tangan Rony yang mengalungi pinggang Vina. Tanpa menunggu jawaban, Angga memeluk pinggangku, aku kaget, namun sebelum protes, tangan Fery sudah menempel di pahaku yang terbungkus celana selutut, sementara pelukan Angga membuatku mau tak mau berbaring di dadanya yang bidang. Teriakan protes dan penolakanku tenggelam di tengah-tengah sorakan yang lain. Ray bahkan sampai masuk ke kamar karena mendengar ribut-ribut tadi.
“Gue juga mau, dong!” Yudi dan Kiki menghampiri Vina yang juga lagi dipeluk Rony, sementara Andi, Ben, dan Ray menghampiriku. Berbeda denganku yang menjerit ketakutan, Vina malah kelihatan keenakan dipeluk-peluki dari berbagai arah oleh cowok-cowok yang mulai kegirangan itu.

“Jangan!” teriakku saat Ray mencium pipi, dan mulai merambah bibirku. Sementara Ben menjilati leherku dan tangannya mampir di dada kiriku, meremas-remasnya dengan gemas sampai aku kegelian. Kurasakan genggaman kuat Fery di dada kananku, sementara Andi menjilati pusarku. Ternyata mereka telah mengangkat kaosku sampai sebatas dada. Aku menjerit-jerit memohon supaya mereka berhenti, tapi sia-sia. Kulirik Vina yang sedang mendapat perlakuan sama dari Rony, Yudi, dan Kiki, bahkan Dennis telah melucuti celana jins Vina dan melemparnya ke bawah kasur.

Lama-kelamaan, rasa geli yang nikmat membungkus tubuhku. Percuma aku menjerit-jerit, akhirnya aku pasrah. Melihatnya, Angga langsung melucuti kaosku, dan mencupang punggungku. Fery dan Ray bahkan sudah membuka seluruh pakaian mereka kecuali celana dalam. Aku kagum juga melihat dada Fery yang bidang dan harumnya khas cowok. Aku hanya bisa terdiam dan meringis nikmat saat dada bidang itu mendekapku dan menciumi bibirku dengan ganas.

Aku membalas ciuman Fery sambil menikmati bibir Andi yang tengah mengulum payudaraku yang ternyata sudah terlepas dari pelindungnya. Vaginaku terasa basah, dan gatal. Seolah mengetahuinya, Ray membuka celanaku sekaligus CD ku sehingga aku langsung bugil. Agak risih juga dipandangi dengan begitu liar dan berhasrat oleh cowok-cowok itu, tapi aku sudah mulai keenakan.
“Ssshh…. aaakhh…” aku mendesis saat Andi dan Ben melumat payudaraku dengan liar. “Mmmh, toket lo montok banget, Del…” gumam Ben. Aku tersenyum bangga, namun tidak lama, karena aku langsung menjerit kecil saat kurasakan sapuan lidah di bibir vaginaku. “Cihuy… Della emang masih perawan…” Angga yang entah sejak kapan sudah berada di daerah rahasiaku menyeringai. “Akkkhh… jangan Gam…” desahku saat kurasakan kenikmatan yang tiada tara.
“Gue udah kebelet, niih… gue perawanin ya, Del…” Tak terasa, sesuatu yang bundar dan keras menyusup ke dalam vaginaku, ternyata penis Angga sudah siap untuk bersarang disana. Aku mendesah-desah diiringi jeritan kesakitan saat ia menyodokku dan darah segar mengalir. “Sakiiit…” erangku. Angga menyodok lagi, kali ini penisnya sudah sepenuhnya masuk, aku mulai terbiasa, dan ia pun langsung menggenjot dan menyodok-nyodok. Aku mengerang nikmat.

“Ssshh… terusss… yaaa, akh! Akh! Nikmat, Gam! Teruuss… sayang, puasin gue… Akkkhh…”
Sementara pantat Angga masih bergoyang, cowok-cowok lain yang sudah telanjang bulat juga mulai berebutan menyodorkan penis mereka yang sudah tegang ke bibirku.

“Gue dulu ya, Del… nih, lu karaoke,” ujar Ray  sambil menyodokkan penisnya ke dalam mulutku. Aku agak canggung dan kaget menerimanya, tapi kemudian aku mulai mengulumnya dan mempermainkan lidahku menjelajahi barang Ray. Ia mendesah-desah keenakan sambil merem-melek. Sementara Ben masih menikmati buah dadaku, Andi nampaknya sudah mulai beranjak ke arah Vina yang dikerubuti dan digenjot juga sama sepertiku.

Bedanya, kulihat Vina sudah nungging, ala doggy style, penis Dennis tengah menggenjot vaginanya dan toketnya yang menggantung sedang dilahap oleh Kiki, sementara mulutnya mengoral penis Yudi. Vina nampak amat menikmatinya, dan cowok-cowok yang mengerumuninya pun demikian. Beberapa saat kemudian, kulihat Dennis orgasme, dan kemudian Ray yang keenakan barangnya kuoral juga orgasme dalam mulutku, aku kewalahan dan hampir saja memuntahkan cairannya.

Mendadak, kurasakan vaginaku banjir, ternyata Angga sudah orgasme dan menembakkan spermanya di dalam vaginaku, cowok itu terbaring lemas di sampingku, untuk beberapa menit, kukira ia tidur, tapi kemudian ia bangun dan menciumi pusarku dengan penuh nafsu. Kini, vaginaku sudah diisi lagi dengan penis Bery. Penisnya lebih besar dan menggairahkan, sehingga membuat mataku terbelalak terpesona. Bery menyodokkan penisnya dengan pelan-pelan sebelum mulai menggenjotku, rasanya nikmat sekali seperti melayang. Kedua kakiku menjepit pinggangnya dan bongkahan pantatku turut bergoyang penuh gairah. Kubiarkan tubuhku jadi milik mereka.

“Akkkhh…. ssshh… terus, teruuusss sayaaang… akh, nikmat, aaahhh…” erangku keenakan. Toketku yang bergoyang-goyang langsung ditangkap oleh mulut dan tangan Ray. Ia memainkan puting susuku dan mencubit-cubitnya dengan gemas, aku semakin berkelojotan keenakan, dan meracau tidak jelas, “Akkkhh… teruuuss… entot gue, entooott gue teruuss! Gue milik luu… aakhh…!!”
“Iya sayyyaangg… gue entot lu sampe puasss…” sahut Ben sambil mencengkeram pantatku dan mempercepat goyangan penisnya. Ray juga semakin lahap menikmati gunung kembarku, menjilat, menggigit, mencium, seolah ingin menelannya bulat-bulat, dan sebelum aku sempat meracau lagi, Angga telah mendaratkan bibirnya di bibirku, kami saling berpagutan penuh gairah, melilitkan lidah dengan sangat liar, dan klimaksnya saat gelombang kenikmatan melandaku sampai ke puncaknya.

“Aaakkhh…. gue mau…!” Belum selesai ucapanku, aku langsung orgasme. Ben menyusul beberapa saat kemudian, dan vaginaku benar-benar banjir. Tubuh Ben langsung jatuh dengan posisi penisnya masih dalam jepitan vaginaku, ia memeluk pinggangku dan menciumi pusarku dengan lemas. Sementara aku masih saja digerayangi oleh Angga yang tak peduli dengan keadaanku dan meminta untuk dioral, dan Ray yang menggosok-gosokkan penisnya di toketku dengan nikmat.

Beberapa saat kemudian, Angga pun orgasme lagi. Angga jatuh dengan posisi wajah tepat di sampingku, sementara Ray tanpa belas kasihan memasukkan penisnya ke vaginaku, dan menggenjotku lagi sementara aku berciuman penuh gairah dengan Angga. Selang beberapa saat Ray orgasme dan jatuh menindihku dengan penis masih menancap, ia memelukku mesra sebelum kemudian tertidur. Aku sempat mendengar erangan nikmat dari arah Vina, sebelum akhirnya benar-benar tertidur kecapekan, membiarkan Bery dan Angga yang masih menciumi sekujur tubuhku.

Selama tiga hari kami disana, kami selalu melakukannya setiap ada kesempatan. Sudah tak terhitung lagi berapa kali penis mereka mencumbu vaginaku, namun aku menikmati itu semua. Bahkan, bila tak ada yang melihat, aku dan Vina masih sering bermesraan dengan salah satu dari mereka, seperti saat aku berpapasan dengan Angga di tempat sepi, aku duduk di pangkuannya sementara tangannya menggerayangi dadaku, dan bibirnya berciuman dengan bibirku, dan penisnya menusuk-nusukku dari bawah.

Sungguh pengalaman yang mendebarkan dan penuh nikmat tubuhku ini telah digauli dan dimiliki beramai-ramai, namun aku malah ketagihan.

Tuesday, June 25, 2019

Aku Pasrah Asalkan Kau Bahagia

SahabatQQ    -  Menurutku cerita ini sungguh aneh dimana aku saat itu disuruh menemani pamanku yang berada di luar kota, karena dia tinggal sendiri di rumah dan beberapa bulan baru ditinggal oleh istrinya yang meninggal karena sakit, dari kecil aku hidup bersama pamanku dan bude, tidak tau kenapa kedua orang tuaku tidak mendidik aku langsung malah aku dilempar ke paman, aku punya asumsi mereka kurang menerima kehadiranku, aku benci mereka semua. Tapi tidak dengan kakakku Ratih (Ratih kakakku yang nomor 2, dan kakak satu-satunya, aku punya satu adik perempuan, dan dua saudara laki-laki).

Aku Pasrah Asalkan Kau Bahagia

Aku sangat menyayangi Kak Ratih, karena dia sangat pengertian, mau menghibur hatiku yang sering kalau rinduku sangat menggebu, karena kami sangat jarang bertemu. Sewaktu aku dikirim ke Medan, dia melanjutkan kuliah ke London. Kamu kembali bertemu di Jakarta sewaktu aku tamat SMA, dan dia kembali dari London untuk persiapan pernikahannya.

Tiga bulan kami banyak bersama, tapi dasar Kak Ratih yang sangat pengertian, dia malah bukan mengurusi pernikahannya, eh malah mengurusi aku. Kami banyak bersama, aku sangat menyanginya. Saking sayangnya dia pernah menciumku, tapi tanpa sadar aku membalasnya dengan mencium bibirnya, dia memelukku dengan hangat.

Tapi aneh kurasakan, dia tidak menolaknya, malah mulai memainkan lidahnya di mulutnya. Hmmm, sungguh indah saat itu. Tanpa sadar aku mulai meremas payudaranya yang besar menantang. Dia mulai menjerit lirih.

Dari bibir, ciumanku turun ke lehernya, lama aku bermain di sana. Kak Ratih menekan kepalaku seolah menuntunku untuk menciumi dadanya. Aku mulai nekat, membuka bra-nya dan muncullah pemandangan yang sangat indah. Mula-mula kuciumi ketiaknya, sementara tangan kiriku meremas bukit tanpa pelapis itu
Ciumanku berpindah ke payudaranya. Kucium perlahan pangkalnya, dia nyeletuk, “Ah.. Andre, nikmat sekali…” lalu kuciumi putingnya yang merah merekah. Ah, nikmat sekali waktu itu. Kami melakukannya hampir satu jam, sampai kami sama-sama sadar.

Kejadian itu terhenti begitu saja setelah tiga bulan menikah. Kami kembali melakukannya. Saat itu kutahu Kak Ratih kurang bahagia, karena setelah bulan madunya yang 2 minggu, suaminya harus kembali ke Pekanbaru. Tinggallah kakakku sendirian.

Suatu malam, aku menemaninya menonton Selasa Drama di SCTV. Saat itu kembali dia memelukku, kami saling berciuman mesra sekali. Malu-malu aku mulai membuka pakaiannya. Dia membiarkan saja, bahkan mulai mengusap permukaan resleting celana panjangku dengan sangat bernafsu. Aku makin gemas dan bernafsu melihat tingkahnya, pakaiannya kupreteli sampai lembar terakhir.

Tanganku meraih pinggulnya yang seksi dan kudekatkan ke arahku. Mukaku persis di depan selangkangannya sehingga aku dapat melihat gundukan bukit kemaluannya tepat didepan mata. Aku semakin tak sabar, aku memandang ke atas dan Kak Ratih menatapku sambil tetap tersenyum. Wajahnya tampak memerah menahan malu.

Tanpa aba-aba dariku Kak Ratih menganggukan kepalanya perlahan, seolah mempersilakanku memmainkan kemaluannya. Dengan gemetar jemari kedua tanganku kembali merayap ke atas menelusuri dari kedua betisnya yang mulus terus ke atas sampai kedua belah pahanya yang putih mulus tanpa cacat sedikitpun.

Halus sekali kulit pahanya dan begitu seksi dan padat. Aku mengusap perlahan dan mulai meremas.

“Oooh…” Kak Ratih merintih kecil, kemudian jemari kedua tanganku merayap ke belakang, kebelahan bokongnya yang bulat. Aku meremas gemas di situ. Aahh… begitu halus, kenyal dan padat. Tiba giliran lagi aku berhadapan dengan lubang kemaluannya.

Sejenak aku berhenti, menikmati pemandangan itu. Bau alat kelaminnya langsung menyergap hidungku. Mmmm… harum. Kini terpampanglah sudah daerah “forbidden” itu, menggembung membentuk seperti sebuah gundukan bukit kecil mulai dari bawah pusarnya sampai ke bawah di antara kedua belah pangkal pahanya yang seksi.
Sementara di bagian tengah gundukan bukit kemaluannya terbelah membentuk sebuah bibir tebal yang mengarah ke bawah dan masih tertutup rapat menutupi celah liang kemaluannya. Dan di sekitar situ aku mengagumui bulu-bulunya yang seperti kawanan domba di bukit.

Aku hanya bisa melongo menyaksikan keindahan bukit kemaluannya dan tanpa terasa kedua tanganku sampai gemetar menyaksikan pemandangan yang baru pertama kalinya ini. “Oohh.. Kak Ratih… indahnya…”

Hanya kalimat itu yang sanggup kuucapkan saat itu. Selanjutnya aku masih melongo menikmati keindahan surga dunia milik Kakakku, Ratih. Bau yang keluar dari alat kelamin miliknya membuat hidungku jadi kembang kempis menikmati aroma aneh namun terasa menyenangkan buatku. Aku mulai menciumi pahanya yang mulus, sementara tanganku sibuk mengusap-usap pahanya yang lain. Tangannya meremas rambutku sambil berteriak kenikmatan.

Ciumanku mulai naik ke selangkangannya. Kak Ratih tidak sabaran, dia menuntun kepalaku ke arah kemaluannya, aku hanya menuruti. Kuciumi kemaluannya, remasannya mulai keras, apalagi saat lidahku bermain di klitorisnya. Aku tak puas juga, aku mengisapnya sekuatnya, mungkin ciuman di lubang kemaluannya itu berlangsung lebih dari 15 menit.

Kembali aku memandang ke wajahnya, walaupun wajahnya sedikit memerah karena malu. Ia berusaha untuk tetap tersenyum. Dadanya terlihat sangat menonjol. Alamak! Buah dadanya itu ternyata memang berbentuk bulat, ukurannya 34B, warnanya putih bersih, putingnya tampak berwarna merah muda kecoklatan.

Aaah… cantiknya kakakku ini apalagi kalau sedang telanjang bulat seperti ini, “Kak…” bisikku lirih. Batang kemaluanku semakin berdenyut tak karuan. Lalu Kak Ratih mengulurkan kedua tangannya kepadaku mengajakku berdiri lagi. Kini rasanya kami seperti Adam dan Hawa saja. Bertelanjang bulat satu sama lain seperti kaum nudis saja.
“Aku tahu, kamu tidak pernah bahagia, aku ingin membahagianmu, dengan cara apapun itu.. kini nikmatilah!” bisiknya mesra. Aku merangkul tubuhnya yang telanjang merasa terharu. Badanku seperti kesetrum saat kulitku menyentuh kulit halusnya yang hangat dan mulus apalagi ketika kedua payudaranya yang bulat menekan lembut dadaku yang bidang.

Aaah, aku merintih nikmat. Jemari tanganku tergetar saat mengusap punggungnya yang telanjang. Begitu halus dan mulus, aku tak sanggup menahan gejolak nafsuku. Aku tak tahan lagi, aku menyetubuhinya. “Aahh… Kak, kita lakukan di kamar yuk!” bisikku tanpa malu-malu lagi. Kak Ratih tersenyum dalam pelukanku. “Terserah mau melakukannya dimana,” sahutnya mesra.

Dengan penuh nafsu, aku segera meraih tubuhnya dan kugendong ke dalam kamar. Saat itu aku sempat melirik jam dinding ruangan, sudah hampir pukul 12:00. Kurebahkan tubuhnya yang telanjang bulat itu di atas kasur busa di dalam kamar tengah. Suasana dalam kamar kelihatan sangat romantis (maklum kamar pengantin baru).

Jantungku berdegup kencang saat kunaiki ranjang dimana tubuh Kak Ratih yang telanjang berada. Ia memandangku tetap dengan senyumnya yang manis. Aku merayap ke atas tubuhnya yang bugil dan menindihnya. Aku tak sabar ingin segera memasuki tubuhnya. Aku merasakan kehangatan saat kulitku bersentuhan dengan kulitnya yang halus mulus.

Buah dadanya kelihatan sangat kencang dan bundar dengan puting-putingnya yang kemerahan sangat menawan hatiku, namun kutahan sementara keinginanku untuk menjamah buah terlarangnya itu. “Ah…” ia hanya melenguh pasrah saat aku setengah menindih tubuhnya dan batang kemaluanku yang tegang itu mulai menusuk celah bukit kemaluannya, mencari liang kemaluannya.

Kurasakan bukit kemaluannya terasa lunak dan hangat. Aahh… tanganku tergetar saat kubimbing alat vitalku mengelus bukit kemaluannya yang empuk lalu menelusup di antara kedua bibir kemaluannya. “Pelan-pelan Ndree…” bisiknya pasrah.

Lalu dengan jemari tangan kananku kuarahkan kepala kemaluanku yang sudah tak sabar ingin segera masuk. Kak Ratih memeluk pinggangku mesra, sementara kulihat ia memejamkan kedua matanya seolah menungguku yang akan segera memasuki tubuhnya. Aku mencari liang kemaluannya di antara belahan bukit kemaluannya yang lunak.
Aku tak dapat melihat celah kemaluannya karena posisi tubuhku yang memang tak memungkinkan untuk itu namun aku berusaha untuk mencari sendiri. Kucoba untuk menelusup celah bibir kemaluannya bagian atas namun setelah kutekan ternyata jalan buntu.

“Agak ke bawah… aahh kurang ke bawah lagi, mmm… yah tekan di situ Ndre… aaawwww pelan-pelan… sakiit…” Kak Ratih memekik kecil dan menggeliat kesakitan, namun segera kupegang pinggulnya agar jangan bergerak.

Akhirnya aku berhasil menemukan celah kemaluannya itu setelah kakakku itu menuntunku. Aku pun mulai menekan ke bawah, “Hhgkghh…” kepala kemaluanku kupaksa untuk menelusup ke dalam liang kemaluannya yang sempit.
Terasa hangat dan sedikit basah. Kukecup bibirnya sekilas, lalu aku berkonsentrasi kembali untuk segera dapat membenamkan batang kemaluanku sepanjang 16 cm itu seluruhnya ke dalam liang kemaluannya.

Kak Ratih mulai merintih dan memekik-mekik kecil ketika kepala kemaluanku yang besar mulai berhasil menerobos liang kemaluannya yang sangat-sangat sempit sekali. “Tahan Kak… Kak masukkan lagi! Hhgghh… ahhh sempit sekali Sayang aahhh…” erangku mulai merasakan kenikmatan dan “Sssrrtt,” kurasakan kepala batang kemaluanku berhasil masuk dan terjepit ketat sekali dalam liang kemaluannya.

“Aaawww…” teriak Kak Ratih memelas, tubuhnya menggeliat kesakitan. Aku berusaha menentramkannya sambil kukecup mesra bibir mungil yang basah merekah dan kulumat dengan perlahan.

“Mmmm… cuupp… cuupppp.” Lalu… “Hhhgghh.. tahan sayang! kutekan lagi yaah…” bisikku di antara rasa pedih dan nikmat karena jepitan liang kemaluannya itu begitu ketat seolah-olah kepala batang kemaluanku diremas oleh sebuah daging yang sangat kuat cengkeramannya, walaupun terasa hangat dan lunak. Mmmm… nikmatnya saat batang kemaluanku menggesek celah kemaluannya.

“Hhhh… liang kemaluan Kakak masih sangat sempit.”

“Kemaluanku sakit… ” erang Kak Ratih lirih.

“Yahh… kita tahan dulu, mungkin pemanasannya kurang lama…” bisiknya bernafsu.

Segera kurebahkan badanku di atas tubuhnya dan memeluknya dengan kasih sayang. “Aahhh…” aku menggelinjang nikmat merasakan kehangatan dan kehalusan kulitnya. Apalagi saat dadaku menekan kedua buah payudaranya yang montok rasanya begitu kenyal dan hangat. Puting-puting susunya terasa sedikit keras dan lancip.
Mmm… mmm… kemudian kurasakan pula perut kami bersentuhan lembut dan yang paling merangsang adalah saat batang kemaluanku yang kucabut tadi kini menekan nikmat bukit kemaluannya yang empuk. Ingin rasanya aku mencoba untuk memasuki liang kemaluannya lagi dan mengeluarkan air maniku sebanyak-banyaknya di dalam situ, tapi aahh… aku tak ingin hanya diriku saja yang merasakan kenikmatan.

Aku ingin mencumbunya ini dulu, mengulum bibirnya, meremas dan mengenyot-enyot kedua buah payudaranya, dan terakhir akan kucumbu seluruh tubuhnya dari atas sampai ke kaki, kukecup dan kucumbu alat kelaminnya, kujilati bibir kemaluan dan klitorisnya sampai Kak Ratih merasakan kenikmatan seks sesungguhnya dan orgasme sepuasnya.

Ia memandangku dari jarak yang kurang dari 10 senti dan tertawa renyah, “Mmmm… Kakak bahagia sekali bersamamu seperti ini…” Belum sempat ia selesai ngomong, aku sudah melumat bibirnya yang nakal itu. Kak Ratih membalas ciumanku dan melumat bibirku dengan mesra.

Kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya dan Kak Ratih langsung mengulumnya hangat, begitu sebaliknya. Semua terasa indah. Kurayapkan jemari tangan kiriku ke bawah menelusuri sambil mengusap tubuhnya mulai pundak terus ke bawah sampai ke pinggulnya yang hangat padat dan kuremas gemas.

Ketika tanganku bergerak ke belakang ke bulatan bokongnya yang bulat merangsang, bersamaan dengan itu aku mulai menggoyangkan seluruh badanku menggesek tubuh Kak Ratih yang bugil terutama pada bagian selangkangan dimana batang kemaluanku yang sedang tegang-tegangnya menekan gundukan bukit kecil milik Kak Ratih yang empuk.

Kugerakkan pinggulku secara memutar sambil kugesek-gesekkan batang kemaluanku di permukaan bibir kemaluannya yang empuk sambil sesekali kutekan-tekan nikmat. Kak Ratih ikut-ikutan menggelinjang kegelian, namun ia sama sekali tak menolak walaupun beberapa kali kepala batang kemaluanku yang tegang salah sasaran memasuki belahan bibir kemaluan, seolah akan menembus liang kemaluannya lagi.

Ia hanya merintih kesakitan dan memekik kecil kalau aku salah menekan. “Aawww… saakiit…” erangnya membuatku makin terangsang saja. “Aahhh… ssshhh…” aku melenguh keenakan. Setan-setan burik di belakangku semakin gila berjoget dangdut, seolah bernyanyi “Hangat terasa, terlena…”. Beberapa menit kemudian setelah kami puas bercumbu, bibirku menggeser tubuhku ke bawah sampai mukaku tepat berada di atas kedua bulatan payudara yang bundar bak buah apel. Kini ganti perutku yang menekan bukit kemaluannya yang empuk itu.

Woow… enakk. Jemari kedua tanganku secara bersamaan mulai menggerayangi “Gunung Fuji” miliknya itu, seolah hendak mencakar kedua payudaranya. Kelima jemari masing-masing tanganku kurenggangkan satu sama lain dan membentuk seperti cakar burung dan aku mulai menggesekkan ujung-ujung jemariku mulai dari bawah payudaranya di atas perut terus menuju gumpalan kedua buah dadanya yang kenyal dan montok. Kak Ratih merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. “Mm.. mmm… iih geli…” erangnya lirih.

Beberapa saat kupermainkan kedua puting-puting susunya yang kemerahan dengan ujung jemariku. Kak Ratih menggelinjang lagi. Kupuntir sedikit putingnya dengan lembut. “Mmmm…” Kak Ratih semakin mendesah tak karuan
Aku tak tahan, secara bersamaan akhirnya kuremas-remas gemas kedua buah dadanya dengan sepenuh nafsu. “Aawww… nnggg…” dia mengerang dan kedua tangannya memegangi kain sprei dengan kuat.

Aku semakin menggila, tak puas kuremas lalu mulutku mulai menjilati kedua buah dadanya secara bergantian. Lidahku kujulur-julurkan menjilati seluruh permukaan susunya itu sampai basah, mulai dari payudara yang kiri lalu berpindah ke payudaranya yang kanan.

Kugigit-gigit puting-puting susunya secara bergantian sambil kuremas-remas dengan gemas sampai dia berteriak-teriak kesakitan. “Sshhh… shhh… oohhh… oouwww… Ndre…” erangnya. Lima menit kemudian lidahku bukan saja menjilati, kini mulutku mulai beraksi menghisap kedua puting-puting susunya sekuat-kuatnya.
Aku tak peduli Kak Ratih menjerit dan menggeliat kesana kemari. Sesekali kedua jemari tangannya memegang dan mengeremasi rambut kepalaku yang bergerak liar. Sementara kedua tanganku tetap mencengkeram dan meremasi kedua buah dadanya bergantian sambil kuhisap-hisap dengan penuh rasa nikmat.

Bibir dan lidahku dengan sangat rakus mengecup, mengulum dan menghisap kedua payudaranya yang kenyal dan padat. Di dalam mulut puting susunya kupilin-pilin dengan lidahku sambil terus menghisap sampai pipiku terasa kempot, aku mengkhayal meminum air susunya.

Dia hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika gigiku menggigiti putingnya dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan susu-susunya itu tampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitanku.

Mmm, ini benar-benar nikmat. Cukup lama sekali aku menetek susunya, mungkin sekitar 15 menit, sampai setelah cukup puas bibir dan lidahku kini merayap menurun ke bawah. Kutinggalkan kedua belah payudaranya yang basah dan penuh dengan lukisan bekas gigitanku dan juga cupangan berwarna merah bekas hisapanku, sangat kontras sekali dengan warna kulitnya yang putih.

Ketika lidahku bermain di atas pusarnya, dia mulai mengerang-erang kecil keenakan. Bau tubuhnya yang harum bercampur dengan keringatnya yang khas menambah nafsu seks-ku semakin memuncak. Kukecup dan kubasahi seluruh perutnya yang kecil sampai basah.

Ketika aku bergeser ke bawah lagi dengan cepat lidah dan bibirku yang tak pernah lepas dari kulit tubuhnya itu telah berada di atas gundukan bukit kemaluannya yang indah mempesona. Aku mulai mencumbu alat kelaminnya itu.
“Oooh…” Kak Ratih hanya merintih lirih, kelihatannya dia sudah lemas kupermainkan sejak tadi, tapi aku tahu dia belum orgasme walaupun sudah sangat terangsang semenjak kuhisap kedua buah susunya.

Sekarang ini aku ingin merasakan kelezatan cairan kewanitaan dari liang kemaluannya, sebab pernah sahabatku bilang terus terang kepadaku kalau ia sangat ketagihan untuk selalu meminum cairan lendir pacarnya ketika mereka sedang melakukan oral seks, katanya rasanya aneh tapi membuat dirinya bergairah.

Aku membetulkan posisiku di atas selangkangan kakakku. Kak Ratih membuka kedua belah pahanya lebar-lebar, ia sudah sangat terangsang sekali. Kini wajahnya yang manis kelihatan kusut dan rambutnya tampak awut-awutan. Kedua matanya tetap terpejam rapat namum bibirnya kelihatan basah merekah indah sekali. Kedua tangannya juga masih tetap memegangi kain sprei, kelihatannya dia tegang sekali.

“I… m.. Ndree… e.. enaak…” katanya. Aku tersenyum senang, sebentar lagi kau akan merasakan kenikmatan yang luar biasa sayang, bisikku dalam hati. Aku akan menyetubuhimu sepuasnya. Kupandangi beberapa saat keindahan bentuk alat kelaminnya itu, baru pertama kali ini aku menyaksikan alat kelamin cewek. Ternyata di samping baunya sangat khas dan merangsang hidungku, keringat yang membasahi di sekitar selangkangannya pun berbau harum dan khas.

Labia mayoranya kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit yang berada di antara kedua labia mayoranya itu tertutup rapat sehingga aku tidak bisa melihat lubang kemaluannya sama sekali.

Betapa nikmatnya nanti saat celah kemaluan dan liang kemaluannya menjepit batang kemaluanku, akan kutumpahkan sebanyak-banyaknya nanti air maniku ke dalam liangnya sebagai tanda hilangnya keperjakaanku.

Aku juga ingin nantinya dia bisa merasakan semprotan air maniku yang hangat dan banyak agar ia dapat pula merasakan kenikmatan yang sedang kurasakan. Cukup lama aku melamun sambil memandangi keindahan alat kelaminnya sembari menikmati aroma khas yang keluar dari celah kemaluannya yang rapat.
Tiba-tiba Kak Ratih berbisik lirih menyadarkanku, “Ngapain sih… kok ngelamun… bau yaa Ndre..” tanyanya sambil tersenyum manis. Wajahnya walaupun sedikit kusut berkeringat tapi tetap manis sekali.

Habis berkata begitu tangan Kak Ratih bergerak memegang kepalaku dan mengucek-ucek rambut kepalaku. Aku tertawa geli. Selanjutnya tanpa kuduga kedua tangannya itu menekan kepalaku ke bawah, sontak mukaku terutama hidung dan bibirku langsung nyosor menekan bukit kemaluannya,
Mmff mffphh…” hidungku menyelip di antara kedua bibir kemaluannya, empuk dan hangat. Kuhirup sepuas-puasnya bau alat kelaminnya penuh perasaan, sementara bibirku mengecup bagian bawah labia mayoranya dengan bernafsu
Aku mulai mencumbui bibir kemaluannya yang tebal itu secara bergantian seperti kalau aku mencium bibir Kak Ratih. Puas mengecup dan mengulum bibirnya bagian atas aku berpindah untuk mengecup dan mengulum bibir kemaluannya bagian bawah.

Rasanya… “Mmm.. yummi…” ada sedikit manis dan asin. “Mmm… mmm…” bercampur bau kemaluannya yang memabukkan. Pokoknya dari Sabang sampai Merauke dah! tidak bisa di ungkapkan.

Tidak heran karena ulahku Kak Ratih sampai memekik-mekik nikmat tak karuan, tubuhnya menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang. Beberapa kali kedua pahanya sampai menjepit kepalaku yang sedang asyik masyuk bercumbu dengan bibir kemaluannya.

Kupegangi kedua belah bokongnya yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak, bagaimanapun juga aku tak rela melepaskan pagutan bibirku pada labia mayoranya yang merangsang.

Salah sendiri, pikirku, siapa dulu yang mulai. “Mmmm.. Ndree… aauuwww… auuuwww… aawww.. hgghhkhh… aduuh… e.. naaak…. aaahh aduuhhh… oouuuhh…” Kak Ratih mengerang-erang dan tak jarang memekik cukup kuat saking nikmatnya.

Kedua tangannya bergerak mengeremasi rambut kepalaku sampai kacau, sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya yang seksi. Kadang pantatnya dinaikkannya sambil mengejan nikmat atau kadang digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahku pada seluruh permukaan alat kelaminnya yang montok itu.
“Oouhhh… yaahh… yaha… huhuhu.. huhu…” Kak Ratih berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis mungkin saking tak kuatnya menahan kenikmatan yang kuciptakan pada alat kelaminnya.

Tubuhnya menggeliat hebat dan kulihat sambil mulutku tetap memagut bibir kemaluannya. Kepala kakakku, Kak Ratih dipalingkan ke kiri dan ke kanan dengan cepat.

Mulutnya mendesis dan mengerang tak karuan. Aku semakin bersemangat melihat tingkahnya, sebentar lagi dia pasti orgasme. Kini mulutku semakin buas. Dengan nafas setengah memburu kusibakkan bibir kemaluannya yang menawan dengan jemari tangan kananku. Mmm, hangat dan empuk.

Kini kulihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurku bercampur dengan cairan lendir kewanitaannya, agak sebelah bawah dagingnya itu barulah aku dapat melihat celah liang kemaluannya yang amat sangat kecil dan berwarna kemerahan pula.

Aku mencoba untuk membuka bibir kemaluannya agak lebar agar aku dapat mengintip ke dalam liang kemaluan bagaimana bentuk selaput daranya. Namun Kak Ratih tiba-tiba memekik kecil, ternyata aku terlalu lebar menyibakkan bibir kemaluannya itu sehingga ia mengerang kesakitan.

“Aawww… iiih.. Ndre…” pekiknya kesakitan. Aku jadi terkejut dan menyesal. “Yaaa…” bisikku kuwatir. Kuusap dengan lembut penuh kemesraan bibir kemaluannya agar sakitnya hilang. Sebentar kemudian lalu kusibakkan kembali pelan-pelan bibir nakalnya itu, celah merahnya kembali terlihat, agak ke atas dari liang kemaluannya yang sempit itu. Aku melihat ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, inilah klitorisnya bagian paling sensitif dari alat kelamin wanita.
Mmm, ini dia biang kenikmatan bagi cewek, pikirku. Lalu secepat kilat dengan rakus lidahku kujulurkan sekuatnya keluar dan mulai menyentil-nyentil daging klitorisnya. Benar saja karena tiba-tiba Kak Ratih memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya ke bawah. Kak Ratih mengejan hebat, aku sampai kaget dibuatnya karena pinggulnya bergerak liar dan kaku, jilatanku pada klitorisnya jadi luput.

Dengan gemas aku memegang kuat-kuat kedua belah pahanya yang putih mulus lalu kembali kutempelkan bibir dan hidungku di atas celah kedua bibir kemaluannya. Kujulurkan lidahku keluar sepanjang mungkin lalu kutelusupkan lidahku menembus jepitan bibir kemaluannya dan kembali menyentil nikmat klitorisnya dan… “Hgghggh… hghgh… ssshh…” Dia memekik tertahan dan mendesis panjang. Tubuhnya kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya yang kecil.

Pantatnya diangkat ke atas sehingga memberi keuntungan bagiku untuk lebih dalam memasuki celah labia mayoranya menyentil-nyentil klitorisnya. Begitu singkat karena tak sampai satu menit tiba-tiba kurasakan Kak Ratih amat tegang dan kurasakan di dalam mulutku terasa ada semburan lemah dari dalam liang kemaluannya berupa cairan hangat agak kental banyak sekali.

Aku menyentil klitorisnya beberapa saat sampai kurasakan tubuh Kak Ratih mulai terkulai lemah dan akhirnya pantatnya pun jatuh kembali ke kasur. Dia melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru ia rasakan, kenikmatan sorga dunia miliknya.

Sementara aku masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar hasil orgasmenya yang terasa asin manis dari celah kemaluannya yang kini tampak agak memerah. Seluruh selangkangannya itu tampak basah penuh air liur bercampur lendir yang kental.
Mmm, aku menjilati seluruh permukaan bukit kemaluannya sampai agak kering. Cairan lendirnya itu membuatku makin bergairah. Perasaanku benar-benar fresh setelah menghirup dan menelan cairan lendir kemaluannya.
Aku tak tahu apa memang cairannya itu mengandung vitamin atau obat perangsang? Masa bodoh, yang jelas kini nafsu seks-ku telah memuncak, aku akan melakukan tugasku sebagai seorang laki-laki. “Sekarang giliranku,” ucapku.
Aku belum sempat bergerak, Kak Ratih terlebih dahulu meraih batang kemaluanku, dia mengusapnya sambil berkata, “Ndree, ini gede sekali.. pantas tadi sakit. Punya abang iparmu tidak sebegini.” Aku mulai bangga, dia mengocok perlahan, mataku terpejam menahan kenikmatan. Dia berhenti, ku buka mataku, ah ternyata dia mendekatkan wajahnya ke batang kemaluanku
Aku berteriak ingin melarang, tapi terlambat. Terlebih dahulu dia menjilati batang kemaluanku. Ah, aku tidak bisa berkata apa-apa selain mengerang kenikmatan, apalagi dia mulai menjilati buah zakarku naik sampai ke helmnya.

“Oh… nikmat sekali,” ujarku tanpa sengaja tapi itu belum seberapa, sewaktu dia mulai memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Susah payah dia melakukannya, akhirnya berhasil. Dia memainkan batang kemaluanku di dalam mulutnya.

Dia menghisapnya kuat-kuat. Ah, tanpa terasa aku hampir orgasme. Lalu dia berhenti. “Keluarkan saja di mulutku!” katanya sambil mengocok batang kemaluanku. Kemudian dia kembali mengisapnya.

Aku mulai merasakan seluruh tubuhku tengang sekali. Rasanya darahku mengalir ke suatu titik. Yah.. hingga akhirnya aku melepaskannya di mulut kakakku. “Ah… ehhhh.. ohhh…” erangku sambil berusaha menyemburkan semua cairan kenikmatanku.

Dia sangat menikmatinya. “Banyak sekali air Manimu Ndree…” ucapnya sambil mulai menjilati maniku yang tersembur di pipinya dan kini mulai menjilati sisanya yang ada di ujung kemaluanku. Oh, rasanya nikmat sekali. Kami istirahat sejenak, lalu dia berbisik.

“Kamu masih kuat kan? Ayo lanjutkan lagi permainanmu… hancurkan aku dengan kenikmatan!” Tanpa komentar lagi aku menaiki tubuhnya. “Tahan sakitnya yah…” bisikku lagi tanpa menunggu jawabannya.

Aku segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuhnya yang telanjang berkeringat. Buah dadanya yang penuh lukisan hasil karyaku kelihatan turun naik mengatur nafas. Sebodo, pikirku. Dengan agak kasar kutarik kakinya ke atas dan kutumpangkan kedua pahanya pada pangkal pahaku sendiri sehingga kini selangkangannya menjadi terbuka lebar mempertontonkan alat kewanitaannya yang merangsang itu.

Kutarik bokongnya ke arahku sehingga batang kemaluanku yang sudah sengsara cukup lama hampir satu jam itu langsung menempel di atas bukit kemaluan milik Kak Ratih yang masih basah. Kuusap-usapkan kepala batang kemaluanku pada kedua belah bibir kemaluannya yang lunak.
Kembali kubenamkan mesra ke dalam liang kemaluannya mili demi mili secara perlahan.

“Aahhggh… sa… yangku… aaahghgh… nikmat sekali…” erangku pula. Kenikmatan yang kurasakan membuat jiwaku semakin tinggi terbang ke awang-awang, mataku merem-melek menahan rasa nikmat yang tiada tara.

Aku mulai memompanya dengan gerakan naik turun. Badannya ikut bergoyang pelan naik-turun, bahkan terkadang sedikit memutar seirama dengan tarikan batang kemaluan dan goyangan pinggulku yang bergerak turun naik.

Beberapa kali ia melepaskan ciumannya dan mendesah lembut melepas rasa nikmat, karena ia sudah terbiasa dengan gerakan senggama ini. Terasa begitu lama sekali kami saling mengadu alat kemaluan masing-masing, sampai akhirnya kira-kira 10 menit kemudian, tiba-tiba tubuh Kak Ratih mengejan dan bergetar lembut, mulutnya mendesis dalam cumbuan bibirku, kedua kakinya tiba-tiba dihentakkan ke bawah dan meregang.

Aku merasakan tiba-tiba pula liang kemaluan miliknya berkontraksi, mengerut mengecil membuat batang kemaluanku seakan diremas kuat seperti dipilin-pilin. Tubuhku berkelojotan ikut merasakan kenikmatan yang begitu sangat luaar biasa.

Kubenamkan batang kemaluanku secara perlahan ke dalam liang kemaluan yang sedang berkontraksi itu sampai kandas, kuresapi setiap gesekan mili demi mili dengan daging kemaluannya. Bersamaan dengan itu pula sebuah cairan hangat dan licin mulai membasahi seluruh batang kemaluanku banyak sekali. Kak Ratih memekik dan melenguh panjang. “Aaaghh… aaaghg… ooouuhhh….” erangnya nikmat.

Kubiarkan kakakku menikmati orgasmenya yang indah, matanya terpejam rapat. Ia tak tahu kalau aku pun sebenarnya sedang meregang menahan rasa nikmat yang sedang ditimbulkannya pada alat kelelakianku.

Air maniku sontak mengalir deras menuju batang kemaluanku dan mendesak-desak di ujung batang kemaluanku hendak muncrat keluar. Kucoba menahan sekuat tenaga agar jangan sampai muncrat, namun hanya 3 detik akhirnya aku menyerah kalah.

Di saat Kak Ratih sedang terbang menikmati orgasmenya yang panjang aku pun akhirnya ikut melepaskan rasa nikmat tertahan dan mencapai puncak, “Craatt… cratt… craat” air maniku menyembur-nyembur tumpah keluar di dalam liang kemaluannya.

“Oougghh…” aku pun memekik keras, lepas sudah pendakian yang melelahkan itu. “Aaaghh… maniiikuu.. ke.. keluar Sayang… hggh…” aku menggeram keras sambil menyemburkan air mani ke dalam liang rahimnya.
Tubuh kami berdua sama-sama bergetar dan meregang-regang merasakan puncak kenikmatan seks. Kedua alat kelamin kami sama-sama pula memuntahkan cairan kenikmatan hasil buah cinta kami sesaat
“Ooouuh… oouugghhh…” Kak Ratih melenguh melepas orgasmenya. Dia memandangku tersenyum sambil berkata, “Kamu bahagia?” Aku mengangguk dan berkata, “Aku mencintai kau, Kakakku!” Malam itu kami melakukannya sampai pagi.

Monday, June 24, 2019

Tanteku Yang Nakal Ketika di Rumah Sakit

SahabatQQ  - cerita ini berawal saat Gue sedang menunggu tante Gue yang dirawat di rumah sakit. Tangannya harus digips, akibat kecelakaan yang menimpanya. Tante Gue terlibat kecelakaan saat dia mengendarai mobilnya. Tangannya yang kiri luka robek akibat terkena pecahan kaca.


Tanteku Yang Nakal Ketika di Rumah Sakit

Yang Gue rasakan ketika menunggu tante Gue ini ada enaknya juga ada tidak enaknya. Gue ambil contoh saja yang enaknya dulu, saat tante mau pipis, Gue pasti disuruh mengantar ke WC. Karena tangan tante sakit, dia menyuruh Gue untuk membukakan CD-nya dan Gue bisa lihat dgn jelas kemaluannya yang tertutup bulunya yang agak lebat. Dan yang tidak enaknya ketika dia mau buang air besar, sudah deh jangan diteruskan, anda semua pasti tahu apa yang Gue maksudkan
Malam itu, Gue sendirian menjaga tante di rumah sakit.
Tiba-tiba tante memanggil Gue, “Doni.., cepet kemari..! Tolong tante ya..?” katanya.
“Ada apa tante..?” kata Gue.

“Perut tante sakit nich.., tolong gosokin perut tante pake minyak gosok, ya..?” katanya sambil membuka selimutnya.

Dan terlihatlah tubuh tante yang molek itu, meskipun dia masih memakai BH dan CD. Tapi samar-samar puting buah dadanya dan bulu kemaluan tante terlihat agak jelas. Melihat pemandangan itu, batang kemaluan Gue menjadi naik. Agar tidak terlihat oleh tante, Gue mencoba merapatkan tubuh bagian bawah Gue ke tepi ranjang.

“Lho Don.., apa yang kamu tunggu..? Ayo cepet ambil obat gosok di meja itu. Lalu gosok perut tante, awas jangan keras-keras ya..!” katanya.

“Ya tante..” kata Gue sambil mengambil obat gosok di meja yang ditunjuknya.
Setelah Gue mengambil obat gosok yang ada di meja, “Yang digosok bagian mana tante..?” tanyaku.

“Ya perut tante dong, masak memek tante.. khan nanti.. memek tante jadi sakit kepanasan.” katanya tanpa merasa risih.

“Akh.. tante bisa aja deh.. benci aku.. uhh..!” kata Gue.
“Ayo dong cepet, tante udah nggak tahan sakitnya nich..!” katanya sambil meringis.
Lalu Gue gosok bagian perutnya yang putih mulus dan berbulu itu. Gue menggosok dgn lemah-lembut seperti ketika Gue sedang menggosok tubuh cewek Gue.

“Ya gitu dong, huu.. enak juga gosokanmu Don. Belajar dimana kamu..?” katanya sambil mendesis.
“Nggak kok tante, biasa aja.” Gue jawab dgn pura-pura.
“Udahlah jangan bohong kamu.. Pasti kamu sering gosokin tubuh cewek kamu ya khan..?” tanyanya mendesak Gue.

“Kan Doni belum pernah gosokin cewek Doni, tante..!” kata Gue pura-pura lagi.

“Sekalian ya Don, pijitin kaki tante, bisa khan..?” katanya manja.

Gue hanya mengangguk dan mulai memijat kakinya yang membuat naik lagi batang kemaluan Gue. Kakinya begitu dingin, mulus dan merangsang Gue.

Lalu, “Sudah tante, capek nich..!” kata Gue.
“Lhoo.., yang di atas belum khan..?” katanya.
“Ah.., tante becanda ah.., Doni jadi malu..,” kata Gue.

“Ayo cepet dong, kamu nggak bakalan capek lagi. Coba deh pijit disini, di paha tante ini. Ayo dong, kamu nggak usah malu-malu, Doni khan keponakan tante sendiri, ayo cepet gih..!” katanya manja sambil menarik tangan Gue dgn tangan kanannya.

Sekarang Gue dapat melihat gundukan bukit kemaluanya yang menerawang dari balik kain tipis CD-nya itu. Wajah Gue langsung berubah merah menyala dgn pemandangan yang indah ini. Tante seperti tidak mengerti apa yang Gue rasakan, dia menyuruh mendekat masuk ke tengah-tengah selangkangannya dan mengambil kedua tangan Gue, meletakkan di masing-masing paha atasnya persis di tepi gundukan bukit kemaluannya.

“Iya di situ Don..,” katanya sambil mencoba melebarkan kakinya lebih lebar lagi.
Gue disuruh memijat lebih ke dalam lagi. Pikiran Gue mulai terganggu, karena bagaimanapun meremas-remas ‘zone eksklusif’ yang sedang terbuka menganga ini mau tidak mau membuat batang kejantanan Gue menjadi naik lagi.

Lalu, “Don, kamu udah punya cewek..?” katanya.
“Ya tante..,” kata Gue berterus terang.
“Ngomong-ngomong Doni udah pernah ngeseks sama cewek kamu, belum..?”
“Apa itu ngeseks tante..?” kata Gue pura-pura tidak mengerti.
“Maksudnya tidur sama cewek..” katanya.
“Ngmm.. belum pernah tante..” jawab Gue berbohong.
Ah masak sih, coba tante lihat dan pegang punyamu itu..?” katanya sambil menarik tubuh Gue agar lebih dekat lagi, lalu dgn tangan kanannya dia meraba gundukan di celana Gue.
“Tante pengen tau kalo anumu bangunnya cepet berarti betul belum pernah..” katanya sambil meraba-raba batang kemaluan Gue lagi
Entah artinya yang sengaja dibolak-balik atau memang ini bagian dari kelihaiannya membujuk Gue. Mungkin karena Gue masih berdarah muda, biarpun sudah terbiasa menghadapi perempuan tetapi kalau dirangsang dalam suasana begini tentu saja cepat batang kemaluan Gue naik mengeras. Kalau sudah sampai di sini sudah lebih mudah lagi buat dia.
“Wihh, besar sekali gundukanmu Don.. boleh lihat dalamnya punyamu..? Ayo bantu tante untuk membuka celanamu..!” katanya tanpa menunggu persetujuan dari Gue, dia sudah langsung bekerja membuka celana Gue dan membebaskan burung kaku Gue.

Memang, waktu batang kejantanan Gue terbuka bebas, matanya setengah heran setengah kagum melihat ukurannya. Terutama kepalanya yang menyerupai helm tentara “NAZI”.
“Bukan main kontolmu Doni.. besar dan keras banget punyamu..” katanya memuji kagum tapi justru melihat yang begini makin memburu nafsunya.

“Tapi masak sih Don, benda seindah begini belum pernah dipake ke memeknya cewek. Kalo gitu sini tante boleh nggak ngerasain sedikit lagi biar bisa tante tempelin di sini.” lanjutnya, lagi-lagi tanpa menunggu komentar Gue, dia dgn sebelah tangan bekerja cepat melepaskan CD-nya.

Terlihatlah hutan kemaluannya yang menggoda itu, lalu dia menyuruh Gue untuk naik ke ranjang dan menyuruh Gue untuk menempelkan kepala kemalua Gue di mulut lubang senggamanya. Di situ Gue disuruh menggosok-gosokkan ujung kemaluan Gue di celah liang senggamanya.

Lalu dgn menggosok-gosokkan sendiri ujung kepala batang kejantanan Gue di mulut lubang senggamanya yang sudah terbuka lebar itu, menambah semakin tegang dalam nafsu diri Gue.
“Ahh.. aduh.., Don.. nikmatnya..,” katanya menjerit geli.

“Udah Don, tante nggak tahan. Sekarang giliran tante bikin nikmat kamu.., ok Gueng..?” katanya menyuruh Gue berdiri.
Lalu dia dgn satu tangannya langsung memegang batang kemaluan Gue dan mulai menjilati seputar batangnya, sambil sesekali mengulum kepalanya.

Beberapa saat kemudian, dia menarik Gue lagi, tubuh Gue berlutut di atas ranjangnya, dan kembali liang senggamanya memperlihatkan celah kenikmatan yang siap untuk Gue masuki. Dalam keadaan seperti itu, Gue betul-betul sudah lupa bahwa dia adalah tante Gue sendiri.

Lalu, ujung batang kejantanan Gue mulai Gue tusukkan di lubang kenikmatannya yang segera Gue ikuti dgn gerakan maju-mundur, putar kanan-kiri untuk menusuk lebih dalam. Tante sendiri ikut membantu Gue dgn jari-jari tangan kanannya. Dia memperlebar bibir kemaluannya agar semakin lebih terbuka untuk lebih mempermudah masuknya batang kemaluan Gue.

Terus Gue genjot batang kemaluan Gue ke dalam liang kenikmatannya yang indah itu.
Dan akhirnya, “Hghh.., oo.. Donn.. yeess.., oohh..!” dgn erangannya, dia membuka orgasmenya yang juga disusul oleh Gue hanya berselang beberapa detik kemudian.

“Gimana Don rasanya barusan..?” katanya menguji Gue sambil tangannya mengusap, menyeka-nyeka keringat di dada Gue
“Aduh tante enak sekali, belum pernah Doni ngerasain yang seperti ini. Tapi tante sendiri, gimana rasanya..?” kata Gue balik bertanya.

“Tante baru sekarang lho ngerasain digituin cowok dgn kelembutan, tapi juga tidak meninggalkan kejantanannya yang perkasa, seperti punyamu ini, ‘Si Buta Dari Gua Memek’, tante jadi melayang ke langit yang ke-7. Ohh.. endangg..?” katanya.

Begitu selesai, Gue diajak tante ke kamar mandi. Dan waktu itu Gue bantu tante membersihkan kemaluannya. Sambil menyiram kemaluan tante, Gue mendekap dia dari belakang, dan tante yang sedang berdiri menjadi kegelian karena batang kejantanan Gue menyentuh bukit pantatnya. Seketika batang kejantanan Gue naik lagi karena yang Gue lihat sekarang lebih terlihat montoknya.

Dan seketika itu, tangan lembut tante memegang batang kemaluan Gue. Gue gemetar karena pengalaman seperti ini luar biasa buat cowok perjaka seperti Gue ini. Buah dada tante menjulang, menantang dan tegar, kelihatan pori-porinya meremang karena udara sangat dingin di kamar mandi, apalagi ini sudah tengah malam. Dan bukit kemaluannya agak merekah merah terbuka bekas perbuatan yang tadi.

Gue tidak tahu harus berbuat apa selain meraba buah dadanya lagi yang kali ini dari depan. Tante menarik Gue dan mencium bibir Gue, Gue menurut saja. Tubuh kami saling merapat. Tangannya terus mengurut-urut batang kejantanan Gue. Dan Gue meraba pantatnya yang bulat dan sintal kencang. Buah kejantanan Gue pun diremas-remasnya pelan-pelan.

Kemudian, tante mulai menaikkan kakinya yang sebelah ke atas bak dan dimasukkannya lagi kemaluan Gue ke liang senggamanya. Ngilu dan agak panas terasa di batang kejantanan Gue.
Tante mulai bergoyang maju mundur dan pantat Gue juga ditekannya dgn tangan kanannya agar Gue bisa mengikuti irama.

Gue ikut saja menggoyangkan sambil memeluk, mengisap putingnya, mencium bibirnya. Beberapa saat kami bergoyang sama-sama, tapi paha tante mulai pegal rupanya, dan dicabutnya batang kemaluan Gue. Kemudian dia berbalik dan menungging sambil berpegangan dgn tangan kanannya ke bibir bak mandi. Gue gosokkan batang kejantanan Gue ke bibir kemaluannya. Benar-benar terasa panas bibir kemaluannya itu.
Kemudian Gue mendesak maju dan, “Bless..” Rudal milik Gue masuk bergesek-gesek dgn dinding lubang senggamanya
Tante juga bereaksi dan pinggulnya berputar seperti penari ular. Aduh luar biasa sekali, Gue merasa keenakan dan tidak bisa berpikir jernih lagi. Pantat Gue maju mundur, rudal panjang Gue menggaruk-garuk lubang kenikmatannya. Dari posisi ini, Gue bisa melihat dgn jelas batang kejantanan Gue basah kuyup dan bibir kemaluan tante tertarik keluar masuk. Tangan Gue menjangkau ke depan, meremas buah dadanya yang menggantung besar dan bergoyang menggeletar, nafas tante mendengus desah.

“Ohh.. yess..!”
Akhirnya Gue meledak-ledak lagi dan tante rupanya sudah lebih dulu mengalami orgasme.
Setelah itu Gue mandikan tante Gue terGueng. Mulai detik itu, Gue punya tugas tambahan baru.