Blog Archive

Popular Posts

Friday, April 26, 2019

Fakultas Seks

Tahun keduaku di BEM akan segera berakhir. Kinerjaku dan Icha di BEM semakin meningkat. Karena kinerja kami, ketua BEM tiba-tiba menyuruhku dan Icha untuk maju menjadi calon ketua BEM fakultasku. Menurutnya, aku dan Icha memiliki potensi yang besar untuk membuat BEM yang lebih baik.

SahabatQQ Agen Domino 99 Domino QQ dan Poker Online Aman dan Terpercaya

Aku menerima tawaran ketua BEM ku namun aku tidak mengizinkan Icha untuk maju dan Icha menurutinya. Aku pun mendaftarkan diri untuk maju sebagai calon ketua di pemilihan raya kampusku. Saat aku merasa akan menjadi calon tunggal, tiba-tiba seorang akhwat kampus muncul sebagai calon lawanku. Akhwat itu bernama Wulan, dia teman seangkatanku namun jarang ketemu karena tidak sekelas.

Di tahun lalu, dia di organisasi kerohanian sebagai penanggung jawab divisi kemuslimahan. Parasnya cantik dan mirip dengan seorang penyanyi bernama Fatin Shidqia Lubis. Badannya tidak terlalu tinggi namun proporsional. Setiap hari dia selalu mengenakan jilbab lebar yang menutupi dadanya. Namun, dia mengenakan rok panjang yang agak ketat sehingga pantat semoknya sedikit tercetak dibalik rok itu
Saat jelang debat calon ketua, aku ingin mengundang Wulan untuk makan bareng di kantin. Tetapi Wulan menolak ajakanku dengan alasan menghindari isu yang tidak-tidak. Selain itu, Wulan sering menegurku jika sedang berduaan dengan Icha di kampus dan juga sering memarahi Eka dan Fitri jika sedang dekat denganku. Aku yang terus ditegur olehnya jadi penasaran ingin menjadikan Wulan sebagai koleksi tambahanku. Kemudian, aku menyusun rencana untuk mendapatkan tubuh Wulan tentunya dengan bantuan Eka dan Fitri.

Tiga hari jelang debat calon ketua, aku bersama Eka dan Fitri menjalankan rencana untuk menculik Wulan dan menikmati tubuh indahnya yang selalu tertutup itu. “Lan, kamu abis ngampus ada acara ga ? makan yuk.” Eka mengajak Wulan untuk makan di salah satu restoran dekat kampusku. “Eh Eka, gaada acara apa-apa sih. Cuma nyiapin materi buat debat nanti.

Sama siapa aja makannya ? kalo sama cowok itu aku gamau ikut.” ujar Wulan. “Bertiga sama Fitri lan. hemm… kamu kenapa sih gamau ada cowok samsek kalo ada acara apa-apa ? lagian dia kan satu-satunya cowok di kampus gabakal macem-macem lah.” ujar Eka. “Eka saudariku… apapun itu kita gaboleh sering berdekatan sama laki-laki bukan muhrim walaupun dia teman kita apalagi kalo cuma berdua. Maaf ya Eka, tapi itu prinsipku.” Wulan menasihati Eka. “Iyaa bu Ulan.

Yaudah kita berangkat kuy. Fitri udah nungguin tuh.” Eka dan Wulan menuju ke lobby depan untuk menyusul Fitri yang sedang sibuk dengan hp nya. “Loh, kita mau naik apaan kesana ? kalian ga bawa motor ?” tanya Wulan. “Kita naik Grib Car. Aku udah mesen nih lagi nungguin.” Balas Fitri. Setelah menunggu 15 menit, mobil pesanan mereka datang. Mereka bertiga naik kedalam mobil yang sebenarnya adalah salah satu tiruanku yang menyamar sebagai sopir.
Eka duduk di depan, sementara Fitri duduk ditengah dengan Wulan. Mobil itu dibawa berputar-putar selama 15 menit dan Wulan mulai gelisah dan mencurigai supir itu. “Fit, kok kita daritadi muter-muter aja sih di jalan ini ? jangan-jangan kita mau dic…. Mmmhhh.” belum selesai berucap, mulut Wulan langsung disekap oleh Fitri menggunakan kain yang direndam dengan obat bius. Wulan berusaha meronta namun efek obat itu cepat sehingga dia akhirnya tertidur. “Oke, kita meluncur ke rumah tuan sekarang.” Eka mengarahkan sopir itu melaju ke rumahku.

Sesampainya di rumahku, Eka dan Fitri membopong tubuh Wulan ke ruang tamu. Kemudian mereka lucuti seluruh pakaian Wulan hingga tersisa jilbab krem dan kaus kaki sebetisnya. Setelah itu Wulan diikat di kursi yang sudah disediakan. Tak lupa mereka menyumpal mulut Wulan dengan ball-gag dan kain tebal. Aku yang makin bernafsu melihat tubuh polos dan mulus Wulan memutuskan ke dapur untuk menahan diri sambil makan malam dengan Icha sementara Eka dan Fitri menelanjangi diri mereka sambil menunggu Wulan bangun dari pingsannya.

Setelah Wulan sadar, dia terkejut ketika melihat seluruh tubuhnya sudah telanjang dan tangannya terikat di kursi. Wulan juga semakin terkejut ketika melihat Eka dan Fitri berdiri di hadapannya telanjang dan hanya menyisakan jilbab yang menempel di tubuh mereka. “mmmhhh….mmpppfffhh… mmmm…” Wulan berusaha berontak dan berteriak namun sumpalan di mulut dan ikatan di kursi sangat kuat sehingga tindakan Wulan tidak menghasilkan apa-apa. Setelah berusaha berteriak dan meronta, Wulan akhirnya menyerah dan air mata mengalir keluar di wajahnya.

Eka dan Fitri menghampiri Wulan untuk memberikan sedikit hiburan padanya. “Hai Wulan, kamu kenapa nangis ? sini kita hibur kamu.” Eka menyeka air mata Wulan lalu meraba payudara kanannya. Sementara Fitri meraba payudara kiri sambil menciumi tangan Wulan yang putih mulus. Wulan mulai merasakan sesuatu yang aneh namun dia masih berusaha untuk bertahan dari rangsangan mereka berdua.

Eka dan Fitri kemudian meremas halus payudara Wulan dan memainkan putingnya. “Enak kan Lan ? udah gausah ditahan..” , “Ayo Wulanku sayang, nikmatin aja.. gausah ditahan gitu..” bisik Eka dan Fitri sambil mengemut telinga Wulan yang masih terbungkus jilbab merahnya. Selama 10 menit, Eka dan Fitri terus memainkan payudara Wulan hingga badan Wulan mulai mengejang akan orgasme.
“Hhhhhmmmmhhh…. Mmmmhhhh… mmmmpppfffhh…” Wulan memejamkan mata sambil tubuhnya mengejang-ngejang menikmati orgasme pertamanya. Cairan vaginanya menyembur keluar membasahi paha Wulan dan lantai ruang tamu. Eka kemudian melepaskan sumpalan di mulut Wulan dan membuangnya. “Eka ! Fitri ! kenapa kalian melakukan ini ! aku salah apa sama kalian ??!!” ujar Wulan diiringi isak tangisnya. “Gaada kok Wulan sayang. Aku mau main sama tubuh kamu aja..” goda Fitri sambil mengelus perut Wulan yang rata.

“Uuuggghh…Fiitt… geli…” desah Wulan merasakan geli di perutnya. “Eh… baru dielus kok udah keenakan begitu. Nakal kamu ya..” Eka kemudian meraba-raba bibir vagina Wulan menggunakan jarinya. “Ekaa… kamu ngapain itu… uuuhhh…” Wulan kembali mulai terangsang akibat efek orgasmenya barusan. “Enak kan Lan ? hmm ?” goda Fitri sambil kembali memainkan payudara Wulan. “Oohhh… Fiittt… Ekaa… geliii… yyeesshhh… aaahhh…” Wulan meracau sambil menikmati permainan Fitri dan Eka.

Eka dan Fitri tersenyum melihat ekspresi keenakan Wulan. Setelah meraba vagina Wulan, Eka melepaskan jari di vagina Wulan lalu berjongkok dan mengarahkan wajahnya ke vagina Wulan lalu menjilat-jilat bibir dan bagian luarnya. “Ekaaa… geli…. Oohhh…” Wulan kembali mendesah ketika jilatan Eka menggerayangi vaginanya ditambah remasan lembut Fitri di payudaranya. Setelah 10 menit, Wulan kembali akan orgasme. “Ekaaa…. Wulan mau pipiss lagii…. Aaaakkhhh….” Wulan menghimpit kepala Eka menggunakan kedua paha mulusnya lalu tubuh Wulan kembali mendongak keatas menikmati orgasme keduanya.

Cairan vaginanya kembali menyembur membasahi wajah dan jilbab Eka. Wulan kemudian terduduk lemas kelelahan dan Fitri melepaskan rabaan di payudaranya lalu menghapiri Eka untuk menjilati wajahnya dari sisa cairan vagina Wulan hingga bersih. Aku yang mendengar teriakan dan desahan Wulan bangkit dari meja makan untuk menghampirinya. “Cha, kamu bawa koper hitam di kamarku ya..” aku suruh Icha mengambil koper berisi peralatan yang tentunya akan membuat permainanku dan Wulan semakin seru.
Setiba di ruang tamu, Wulan kembali terkejut ketika melihat kehadiranku. “Ken… apa maksud semua ini ? tolong lepasin aku… aku minta maaf kalo aku pernah salah sama kamu…” Wulan memohon padaku. “Apa lo bilang ? lo udah bikin gw dijauhin sama beberapa anak-anak ! Enak aja kalo ngomong !” bentakku sambil menampar pipi Wulan. “Aahh… iyaa… aku minta maaf… tolong lepasin aku.. huhu…” Wulan kembali memohon padaku sambil menangis.

“Kamu mau aku lepasin ? ada syaratnya..” ujarku sambil menghampiri Wulan. “Iyaa… aku turuti apapun yang kamu mau… kamu mau aku mundur jadi calon ketua pun aku siap… tolong lepasin aku…“ ujar Wulan. *plak* aku sabet perut Wulan menggunakan gesperku hingga merah kemudian Wulan kembali menangis. “Gw ga minta lo mundur dari pemilihan ketua. Gw mau lo jadi budak gw. Lo harus nurutin setiap panggilan gw dimanapun lo berada. Kalo lo menang pemilihan, gw harus jadi wakil lo dan kalo gw menang, lo harus mau jadi wakil gw.

Paham !” bentakku sambil mencubit pipinya. “Aahhh… sakiittt…” Wulan hanya merintih kesakitan akibat sabetanku. “Ayo ! apa jawaban lo ?!” aku menunggu jawaban Wulan atas tawaranku tapi Wulan diam saja sambil menunduk. Icha kemudian datang membawa koperku yang berisi beberapa peralatan seks. Aku keluarkan vibrator dari koper itu lalu kunyalakan dan kutempel di vagina Wulan.

“OOhhh… uuhhh… stooppp… aaahhh…” Wulan meracau lagi. “Kalau lo ga nurutin tawaran gw, gaakan gw lepas sampe lo mati terkencing-kencing.” Aku terus menempel vibrator itu. Setelah 5 menit, akhirnya Wulan menyerah dan mulai menerima tawaranku. “Aaahhh…. Iyaaa… aku.. bersedia… aku akan jadiin kamu wakil…. ooohhh… tolong… lepas benda itu… hyyaahhh…” desah Wulan.
“Lo juga harus jadi budak seks gw, jangan lupa !” aku tambah daya vibrator itu membuat Wulan semakin kelojotan. “Aaahhh… akuu… gamauuu… ooohhh… yesshhh… aaahhh.. Ken… please lepasin benda itu… uuuhh…” desahan Wulan semakin membuatku bernafsu. “Kalo lo tetep gamau, bakal gw tempelin ini sampe lo mokad.” ancamku. “aaahhh… iyaaahh.. baiiikk… wulan mau ngeseks sama Ken…. tolooonnngg… lepaaasss… Wulan mau pipiss lagiihh… aaahhh….” Aku lepaskan vibrator itu diiringi orgasme ketiga Wulan.

“Gitu dong sayang..” aku langsung buka kedua pahanya dan kuarahkan penisku ke vaginanya yang banjir oleh cairan vagina. “Ken… pelan-pelan yahh…” Wulan memohon padaku namun kubalas dengan tamparan pipi Wulan. “Lo mulai hari ini harus manggil gw tuan. Lo Cuma boleh manggil nama gw di kampus !” aku sodok-sodok penisku kedalam vaginanya yang sangat sempit. “Aaahhh… sakiiittt… Kee.. tuaann… pelan-pelan…” Wulan berteriak kesakitan. Setelah beberapa sodokan, penisku berhasil menjebol vagina perawannya.

“Aaaakkhhh….haaahhh…” Wulan berteriak sekeras-kerasnya. Kucabut penisku dan darah perawan Wulan menetes di lantai ruang tamu. Aku lepas ikatan Wulan di kursi lalu kubaringkan di lantai dan kutindih tubuh Wulan sambil kusodokkan lagi penisku ke dalam vaginanya yang baru saja kubobol. “AAakkhh… sakiittt tuaann…” Wulan kembali mengerang. Aku maju mundurkan penisku dengan cepat dan membuat Wulan mengerang-erang, “Aaahh… tuaaan…. Pelan-pelan…. Sakiittt… ooohhh… yeesshhh… perih tuan… uuhhh.” Selama 15 menit, kugenjot penisku dan Wulan kembali akan orgasme. “Aaahh… Wulan mau pipis tuaann… kyaaaahhhh….” Wulan melenting keatas sambil menikmati orgasmenya
Kurasakan vaginanya hangat karena cairan vagina yang dikeluarkannya. Kucabut penisku dari vaginanya lalu kubalikkan tubuh Wulan dan kusuruh dia menungging. Kusodokkan penisku ke vaginanya dari belakang sambil kuremas-remas payudaranya. “Ooouuuggghhh… yeesshhh… aaahhhh…” Wulan kembali mendesah menikmati sodokan penisku. Setelah 20 menit, penisku mulai merasakan akan meledak. “Wulaaannn… gw keluaarrr… ooohhhh yeeeaahhh…” aku semakin percepat genjotanku. “Jangan didalem… tuaaannn…. Aaahhhh…jangaaannn…” , “Yeeesshhhhhh…” , “Tuaaannn…..” aku peluk Wulan dengan erat sambil kusemburkan spermaku didalam vaginanya.

Aku remas-remas lembut payudaranya sambil mendengar lenguhan Wulan yang menikmati gerakan pendinginanku. Kucabut penisku dan sisa sperma yang tidak tertampung meleleh keluar dari vaginanya. “Tuaannn… Wulan takut hamil…” Wulan mulai khawatir karena melihat banyaknya sperma yang kukeluarkan di vaginanya. Aku hampiri Wulan lalu kukecup pipinya, “Wulanku sayang… gausah khawatir… selamat istirahat..” aku tinggalkan Wulan yang terbaring di lantai.

Eka dan Fitri kemudian membopong Wulan ke kamar mandi dan memandikannya. Sementara aku dan Icha berjalan ke kamarku lalu kami bersenggama dan kukeluarkan spermaku ke seluruh tubuh Icha. “Tuaaann… Icha mau sperma lagihh….” Goda Icha sambil mengemut sisa sperma di wajahnya. “Nakal kamu ya udah doyan sperma sekarang.” Aku cubit paha Icha dan kulihat dia hanya tersenyum sambil mengedipkan matanya. “Aku mau kebawah dulu.” Aku summon 3 tiruanku lalu menggang bang Icha. Aku turun ke lantai bawah untuk menemui Wulan. Sesampainya di lantai bawah, Wulan sudah kembali berpakaian dan kulihat jam menunjukkan pukul sebelas malam.
“Kamu mau pulang ?” tanyaku padanya. “Ii…iyaa Ken… maksudku tuan…” jawab Wulan terbata-bata. “Yasudah, karena besok kuliah kamu aku bolehin pulang.” Jawabku santai lalu kupeluk Wulan dan kukecup keningnya. “Sampai ketemu besok Wulan sayang…” ujarku. Wulan lalu pulang ke kosan nya diantar oleh Fitri. Sejak malam itu, aku dan Wulan menjadi akrab di kampus.

Setiap aku berpapasan dengannya, dia menunduk lalu tersenyum padaku. Di kampus, Wulan tetap akhwat biasa dan menjaga jarak denganku, namun jika sudah dirumahku Wulan berubah menjadi akhwat yang liar dan haus seks. Debat pemilihan ketua sudah berlangsung dan tiba saat pemilihan. Aku dan Wulan sudah tidak peduli siapa yang memenangi pemilihan itu karena kami akan tetap bersama di kepengurusan berikutnya.

Akhirnya aku memenangi pemilihan itu dengan selisih suara yang cukup jauh dari Wulan. Mungkin, fakultasku ingin memiliki sosok pemimpin laki-laki setelah puluhan tahun didominasi oleh ketua perempuan. Aku kemudian mengangkat pengurus intiku yaitu Wulan sebagai wakil, Icha sekretaris, Eka bendahara kemudian Fitri menjadi badan pengawas.

Aku juga mengangkat Puspa, Novi dan Nana sebagai kepala bidang. Kami pun merayakan kemenangan ini dengan pesta seks di rumahku sampai puas. “Ooohh… Eka keluar… aaahhh… yeesshhh…” , “Aaahhh… geli… terus… ooohhh..” desahan Eka dan Puspa meramaikan ruang tamu yang kujadikan tempat pesta. Eka, Fitri, Puspa, Novi dan Nana berjejer sambil menerima sodokkan penis tiruanku di vagina mereka. Sementara Wulan dan Icha bergantian menyepong penisku.
“Ah… gila… sepongan kalian enak banget…” aku menikmati setiap jilatan dan emutan yang dilakukan Wulan dan Icha terhadap penisku. Sudah setengah jam lebih penisku disepong oleh Wulan dan Icha. Sementara itu aku lihat lima gadis yang dikerubungi tiruanku sudah tertidur pulas sambil dibanjiri sperma disekujur tubuh mereka. “Wulaann… Ichaa… gw mau keluaarr…” aku pun akan mencapai orgasme. Wulan dan Icha mempercepan emutan dan kocokannya. *croottt* semburan spermaku membasahi wajah dan jilbab Wulan serta Icha. Aku naik ke kamar tidur dan meninggalkan mereka berdua.

Sementara itu, Wulan dan Icha saling menjilati wajah mereka yang berlumuran spermaku hingga bersih dan berciuman. Lalu mereka menyusulku ke kamar tidur dan berbaring di kiri dan kananku sambil tangan mereka kembali meraba-raba penisku yang masih tegang. Aku tersenyum melihat ekspresi mereka lalu tanganku mengobok vagina mereka berdua. “Ayo kita balapan. Yang keluar duluan harus traktir makan di kantin.” aku tantang Wulan dan Icha.

“Tuan pasti akan kami keluarin cepet…” goda Wulan manja lalu bersama Icha mengocok penisku dengan cepat. Aku pun tak mau kalah mengobok vagina mereka dengan cepat. “AAahhh…. Yeesss tuaaann…. Ooohhh…. Terus…” desahan mereka berdua menghiasi malam yang sunyi. Setelah 20 menit, Icha dan Wulan mengerang keras menikmati orgasme bersama mereka
Tubuh mereka melenting sambil menyemburkan cairan vagina yang membasahi sprei ranjangku. “Haha apa kubilang ? Kalian besok harus traktir makan di kantin.” Ujarku sambil mencubit kedua puting susu Wulan dan Icha. “Uhh… tuaannn…” Icha kemudian menyepong penisku dan Wulan mencium bibirku dengan ganas. Penisku yang sudah dikocok mereka berdua sebelumnya akhirnya akan meledakkan sperma.

“mmmhhh…” Wulan yang memahami maksud gumamanku melepaskan ciumannya dan membantu Icha mengocok penisku dengan cepat. Akhirnya spermaku meyembur keluar dan dilahap habis oleh Icha dan Wulan. Aku yang sudah lelah kemudian tertidur lalu Wulan dan Icha juga ikut tertidur sambil menyendarkan wajah mereka di penisku.Daftar SahabatQQ
SahabatQQ Agen Domino 99 Domino QQ dan Poker Online Aman dan Terpercaya

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.