Blog Archive

Popular Posts

Saturday, August 24, 2019

Aku Mengambil Keperawanan Anak Muridku

SahabatQQ - Rena kelihatannya sangat senang bermain dengan teman temannya seperti nongkrong di kafe, jalan jalan ke mall maupun berpergian bareng temannya ke bandung.


Aku Mengambil Keperawanan Anak Muridku


Pertemuanku dengan Rena berawal ketika aku memenuhi acara yang diselenggarakan oleh BEM kampusnya. Dia menjadi panitia, LO band yang beranggotakan diantaranya aku sendiri.

Berawal dari ngobrol2 Rena rupanya bermain saksofon pun dan dia hendak belajar dariku. Karena aku melatih di di antara sekolah musik yang mentereng di Jakarta, kusuruh saja dia daftar, dan dia pada akhirnya meregistrasi untuk menjadi muridku.

Sebenarnya Rena menyenangkan, senang membanyol dan gampang akrab. Tetapi kekurangannya ya itu, malas berlatih, entah hari2nya dikuras oleh apa di samping kuliah. Apakah tersebut main, pacaran, aku tidak terlampau tahu, sebab obrolan antara aku dan Rena melulu berkisar musik, lokal maupun musik global.

Jam 4 sore. Aku menantikan hujan reda di kosanku. Jam 5 mestinya aku telah di sekolah musik itu. Tapi sebab aku menggunakan motor, maka aku hanya dapat menunggu. Waktu terus berlalu.

Hujan tidak reda. Maghrib telah tiba, dan aku telah menelpon ke sekolah musik tersebut untuk mengurungkan les hari ini. Aku tidur2an di kasurku, malas untuk terbit kemana2 lagi, tiba2 handphoneku berbunyi. Aku menyaksikan layar handphoneku. Ternyata nomor Rena.

“Halo kak..” Rena memulai pembicaraan
“Eh kamu, terdapat apa? udah tau kan lesnya ga jadi?“ jawabku
“Aku terdapat di depan kosan kakak” lanjutnya
“Eh.. Ngapain?“ aku heran
Rena memutus telponnya. Aku bergegas terbit dari kamar kosanku, dan kulihat Rena dengan basah kuyup terguyur air hujan, berdiri di depan gerbang kosanku. Tanpa pikir panjang aku memungut payung, lari dan membuka pintu gerbang.

“Lho kamu kenapa? kok kehujanan? mobil kamu mana?“ tanyaku bertubi2.

Rena melulu diam saja. Dia menggigil menyangga dingin, sekilas kulihat matanya memerah dan terdapat bekas tangisan. Ambil pusing, kusuruh Rena guna mandi. Tak tak sempat kuberikan t shirt ku yang ukurannya agak kecil dan celana pendek, pun handuk yang biasa kupakai.

Aku melulu diam menatap pintu kamar mandi. Suara air mengalir dari shower dapat kudengar dengan jelas. Tak berapa lama Rena keluar, dengan menggunakan baju yang tadi kusiapkan. Dia sedang berjuang mengeringkan rambutnya dengan menggosok2annya dengan handuk.

“Kenapa sih kamu?” aku memberanikan diri bertanya
“Ceritanya panjang kak..” Katanya sembari duduk disampingku, di pinggir ranjang.
“kalo ga mau cerita ga usah dipaksa” aku kemudian berdiri dan menggunakan jaket.
“Saya beli makan ya, kamu diem disini dulu.

Aku tidak berhenti pikir. Apa yang terdapat di benak Rena sampai-sampai dia nekat datang ke kosan guru musiknya. Aku berlangsung dengan payung di tengah hujan, mengarah ke tukang nasi goreng dan memesan 2 porsi, bawa pulang.
Aku pulang ke kamar kosan. Hujan sudah reda. Aku membuka kunci kamar, dan mengejar Rena sedang menerima telpon dengan air mata yang menetes. Aku segera memblokir pintu kamar dan menyiapkan makanan. Rena melulu diam saja, dan dia serta merta memblokir telponnya.

“Eh santap dulu” aku menegurnya
“Kak.. terdapat tisu?” Rena kesudahannya membuka mulut
“Maaf ya kak aku ngerepotin” Rena memungut makanannya dan mulai makan.
“Gapapa kok, santai aja, Ntar kalo bajunya dah kering saya antar kamu pulang ya” jawabku.
“Ga usah kak, Aku inginkan disini aja” pengakuan Rena membuatku kaget.
“Tapi, saya kan udah bilang, kosan disini ga boleh nerima tamu cewek sebenernya“ Aku sengaja mempertegas kata2ku.
“Aku gak bakal ribut kak. Janji” jawabnya
“Kalo inginkan minum ambil tuh gelasnya di rak di deket pintu kamar mandi” ucapku sesudah Rena menuntaskan makanannya

Rena menurut keterangan dari dan memungut gelas, dan menuangkan air dari dalam dispenser. Aku tidak menguras makananku, dan mengobarkan laptopku. Jujur saja aku bingung bagaimana mesti menghadapi Rena.

Aku belum pernah pacaran, hingga masa kuliah aku justeru tidak sempat pacaran. Sibuk oleh kuliah dan musik. Apalagi sekarang, kuliah, musik, ngajar. Itulah yang menyebabkanku agak canggung melulu berdua di kamar dengan seorang perempuan.

Setelahnya, tiba2 tangannya terus membelai pipiku. Aku juga luluh. Tiba2 kami berdua saling memajukan wajah kami masing2. kami memblokir mata dan bibir kami juga bersentuhan. Kami berciuman dengan pelan dan lembut.

Rena terus maju ke dalam pelukanku. Aku meraih pinggangnya, dan menggenggam tangan satunya. Telapak kaki kami saling bersentuhan dan saling bertautan.di dalam selimut itu. kami berciuman dengan hangat.
Kami melupakan batas antara guru dan murid. Walaupun usia kami tidak bertolak belakang jauh, melulu enam tahun, tetapi rasanya ini laksana affair yang mengherankan antara guru dan murid. Walaupun guru dan muridnya melulu di sekolah musik saja.
Tangan kiriku yang menyentuh pinggang Rena, tiba2 mulai nakal. Tanganku masuk ke dalam t shirt yang dia pakai. Menyentuh kulit halusnya. Rena tidak berontak. Dia justeru terus menciumiku. Rena juga tidak protes saat tanganku masuk kedalam celana pendeknya dan memegang pantatnya. Damn. Rupanya dia tidak menggunakan celana dalam dan BH.

Tanganku terus bermain mengupayakan membuka celana pendeknya. Rena tidak berontak, kakinya justeru beringsut membantuku melepas celana pendek itu. Pada kesudahannya aku melempar celana tersebut ke lantai. Aku mulai menyentuh pahanya yang paling mulus. Aku memeluknya erat, menempelkan perutnya di perutku.

“Kak..“ Rena memanggilku
“Kenapa?” Aku menghentikan ciumanku di leher
“Kalau inginkan itu.. pelan2 ya.. aku belum pernah” jawabnya pelan dengan nada pasrah dan tatapan berharap.

Wedewww. Masih perawan? aku kaget. Kupikir minimal dia pernah istirahat dengan pacarnya. Pantas saja dia tidak dapat menyikapi kelakuan pacarnya dengan benar, pengalamannya sangatlah minim. Aku terdiam. Mematung. Tidak dapat beranggapan dengan jernih.

“Rena… bila kamu gak mau, jangan..” aku mundur
“Gak apa2 kak. Kalau sama kakak aku mau..” Rena meraih tanganku.
“Kamu belum pernah.. tidak boleh dipaksa bila gak mau..” aku berusaha beranggapan jernih.
“Aku mau..” jawabnya pelan
“Aku Cuma mohon kakak perlakukan aku dengan lembut”
“Kak.. aku inginkan kasih ke kakak malem ini, tersebut karena aku suka sama kakak, dari kesatu ketemu, namun kakak tampaknya cuek sama aku.. namun aku kian suka sebab tau kakak orangnya tegas dewasa.“
“Rena, tersebut cuman perasaan pelarian aja..” jawabku.

Rena terus terusan diam. Sambil terus memelukku dan tidak ingin melepaskanku.

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.